Arab Saudi pada hari Rabu (12/7) menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (TAC) dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara saat kunjungan Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan ke Jakarta.
TAC adalah perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tahun 1976 oleh anggota ASEAN untuk menetapkan seperangkat pedoman untuk mengatur hubungan antar negara di kawasan, berdasarkan saling menghormati kedaulatan, integritas wilayah dan identitas nasional, serta tidak ikut campur tangan dalam urusan internal satu sama lain.
Selain 10 negara anggota ASEAN, negara-negara yang tidak berada di kawasan Asia Tenggara juga telah menandatangani perjanjian tersebut. Cina dan India merupakan dua negara yang pertama menyetujuinya pada tahun 2003, disusul Amerika Serikat dan Uni Eropa bergabung pada tahun 2009.
Arab Saudi menjadi penandatangan perjanjian ke-51, sebagai keputusan yang disambut baik oleh ketua ASEAN Indonesia.
“Kami menyambut Arab Saudi ke dalam keluarga ASEAN,” kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi saat berbicara kepada Pangeran Faisal dalam upacara penandatanganan di Jakarta.
“Atas nama rekan-rekan ASEAN saya, saya ingin menyampaikan penghargaan tertinggi kami atas kehadiran Anda hari ini untuk menandatangani instrumen aksesi ke TAC. Kami menghargai upaya ekstra Anda untuk datang ke Jakarta.”
Marsudi menunjukkan bahwa penandatanganan perjanjian tersebut mencerminkan kesediaan anggota ASEAN kepada Arab Saudi untuk mengakui nilai-nilai dan komitmen blok regional untuk berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara dan sekitarnya.
“Nilai dan prinsip ini semakin kritis di tengah dinamika geopolitik saat ini,” tambahnya.
“Bersama-sama, kita harus berperan sebagai kekuatan positif untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.”
Dia mencatat bahwa blok itu sebagai awal langkah untuk pertemuan puncak yang akan datang dengan Dewan Kerjasama Teluk (GCC), yang dijadwalkan berlangsung di Riyadh.
“Kami menantikan KTT ASEAN-GCC di Arab Saudi pada Oktober tahun ini,” katanya.
Dengan lebih dari 600 juta orang di 4,5 juta kilometer persegi, populasi dan wilayah ASEAN lebih besar daripada Uni Eropa.
Pada tahun 2022, pengelompokan tersebut menghasilkan produk domestik bruto dengan daya beli sekitar $10,2 triliun, atau sekitar 6,5 persen dari PDB global.[]
Sumber: ARBN