Umrah Ramadan oleh: Tour Saudi Bilboard Dekstop
promo: Tour Saudi Bilboard Dekstop

Majalah Tempo: Desas-Desus dari Kutipan dan Terjemahan Media Anti Saudi

Majalah Tempo: Desas-Desus dari Kutipan dan Terjemahan Media Anti Saudi

Majalah Tempo (21/3) menerbitkan tulisan berjudul “Bersih-bersih Takhta Putra Mahkota.” Ditulis dengan bold; Pangeran Muhammad bin Salman menangkap sejumlah pangeran dan dua ratusan pejabat. Terkait dengan takhta Kerajaan Arab Saudi.

Setelah selesai membaca artikel tersebut, ternyata Tempo hanya mengutip dan menerjemahkan dari media langganan; MEMO dan Al-Jazeera. Dua sumber media Barat lainnya, Reuters dan TWSJ tak lebih kepanjangantangannya.

Masalahnya terletak kepada kredibilitas sumber-sumber rujukan tersebut. Dan musibahnya, Tempo tidak berbeda dengan media mainstream lainnya, bergotong royong menjadi “aliansi media anti Arab Saudi.”

Umrah Anti Mainstream
Promo

MEMO dan Al-Jazeera, sudah lama memusuhi Arab Saudi. Jika ada isu yang sedang nikmat digoreng, setiap menit Al-Jazeera tak pernah berhenti mengulang-ulangnya.

Silahkan perhatikan cara Al-Jazeera menulis berita tentang Saudi dengan dua wajah berikut ini:

Bagaimana Al-Jazeera mengolah sejarah dibalut dengan propaganda politik anti Saudi, liputannya di video di bawah ini.

MEMO juga tidak jauh berbeda, jika Al-Jazeera sebagai corong Ikhwanul Muslimin, MEMO adalah media pro-Hamas di Palestina. Kedua organisasi ini merupakan musuh politik Arab Saudi, jelas, semua orang paham.

Lantas, apa yang diberitakan kedua sumber berita Tempo tersebut akan jujur, adil dan sesuai dengan fakta? Melihat dunia perpolitikan, semua akan paham, demi memenuhi visi dan misinya, kebohongan bukan perkara haram untuk kedua media tersebut.

Buktinya? Seperti yang dikutip Tempo;

Pertama, penangkapan dua pangeran yang pernah menjadi putra mahkota. Berita tentang ini sudah lama diteorikan, hanya sekedar purbasangka, opini juga impian agar terwujud. Karena sejatinya yang diinginkan dengan diangkatnya isu ini adalah perpecahan di tubuh Kerajaan Arab Saudi. Tetapi itu mustahil dan tidak pernah terjadi, bi idznillah.

BACA: Pangeran Turki al-Faisal: “Berita Palsu Merupakan Alat Propaganda, Bukan Saja Antara Individu, Tetapi Juga Negara”

Silahkan simak ulasan media lokal dan netizen Arab Saudi terkait maksud tuduhan dusta, berita-berita hoax yang diarahkan kepada Arab Saudi di video di bawah ini:

Umrah Anti Mainstream
Promo

Mereka yang terbius dengan laporan media seperti Tempo, sejatinya tidak mengerti bagaimana sebuah roda pemerintahan di sebuah kerajaan dijalankan. Dikira sebagian orang, seperti yang tergambar dalam film-film fiksi atau cerita-cerita karangan.

Ringkasnya, tentang karangan penangkapan dua atau tiga pangeran tersebut, bisa disaksikan bantahannya di video di bawah ini:

Kedua, guncangan di negara minyak belum berakhir. Tempo menyebutkan bahwa penangkapan Komisi Pencegahan Korupsi Arab Saudi (Nazaha) atas 298 pejabat beberap waktu lalu, sebagai upaya persaingan. Di antaranya penolakan Pangeran Ahmad, yang katanya lebih berhak menjadi raja setelah Salman bin Abdul Aziz.

Lagi-lagi, sumbernya majhul alias anonim. Konon, dari seorang bekas penasehat Raja Abdullah, rahimahullah. Al-Jazeera menyebutnya “orang dekat” istana kerajaan. Media lain menggunakan sumber “salah satu keluarga kerajaan”. Dan seterusnya, media akan selalu menggunakan sumber-sumber ghaib, demi melancarkan propaganda busuknya, menyalurkan hasrat benci dan irinya terhadap Arab Saudi.

Lucunya lagi, ini dikaitkan dengan pemberantasan korupsi tahun 2017. Dengan bahasa yang tidak sedap, Tempo menulis para pangeran dan pejabat “disekap.”

Pemberantasan korupsi adalah urusan dalam negeri Saudi dan sudah menjadi lazim yang perlu didukung. Tetapi, MBS (Muhammad bin Salman) disalahkan.

Sumber-sumber tersebut, tidak lebih dari beberapa pihak yang sakit hati, kenyamanannya terusik dengan cara korupsi selama ini. Dan saat Raja Salman dan putranya MBS bersih-bersih penyakit laten di tubuh pemerintahan, mereka melarikan diri.

Seperti di antaranya Khalid bin Farhan bin Abdul Aziz bin Saud bin Nasser Al Saud, yang mengaku sakit hati karena keluarganya terdampak pembersihan korupsi besar-besaran di awal Raja Salman berkuasa.

Seperti dia, lari ke luar negeri, bersembunyi. Kemudian berbicara memburukkan negeri dan rajanya sendiri. Jadi, mereka sejatinya pengkhianat yang kemudian suaranya ditransmisikan ke media yang disebutkan di atas.

Buktinya, saat MBS melakukan penyapuan koruptor “top down,” rakyat Saudi mendukungnya. Lihat hasil polling di bawah ini.

BACA: 94,4% Warga Arab Saudi Puas dengan Kinerja Putra Mahkota

Tentang Pangeran Ahmad yang ditulis Tempo, anggap saja cerita pendek fiksi, yang tidak laku dijual di dalam negeri Arab Saudi.

Ketiga, Kerajaan Arab Saudi terlilit masalah keuangan. Sayang sekali, penulis laporan berita di Majalah Tempo, Iwan Kurniawan, tidak merujuk ke laporan yang benar.

Bloomberg melaporkan bahwa Aramco, perusahaan minyak Arab Saudi, berhasil membukukan keuntungan sebesar 111 Milyar Dollar US pada tahun 2018. Atau setara dengan total keuntungan 3 perusahaan raksasa Amerika jika digabungkan; Apple, Google dan Exxon Mobile.

Neraca perdagangan Arab Saudi mengalami surplus, dengan nilai ekspor 294 miliyar USD, sedangkan nilai impornya hanya 135 miliar USD, alias tidak sampai setengahnya. Trade growth Saudi tumbuh hampir 16% dibanding pertumbuhan ekonomi dunia yang hanya 3,5%. GDP Saudi juga hampir 800 miliar USD.

Lebih lanjut bisa disimak video di bawah ini: