Bicara ttg solusi Palestina tidak semudah yang kita harapkan. Sebelum hadirnya Israel, orang Palestina sdh lama berselisih.
Sedikit demi sedikit orang Yahudi membeli tanah. Ketika org Yahudi meminta sebidang wilayah, kira-kira seluas satu kecamatan, orang Palestina belum sepakat. Ada yang mengiyakan, ada juga yang menolak mentah2.
Kini ketika Israel sdh berdiri, peta jalan Palestina masih kabur. Kalau disederhanakan, pemikiran ttg masa depan wilayah terpecah.
Pertama, “one-state solution” ala Hamas. Tidak ada yang namanya Israel. Mereka harus hengkang dari tanah Palestina.
Kedua, “one-state solution” ala Iran. Semuanya dilebur, bentuk pemerintahan gabungan.
Ketiga, “two-state solution”, Israel dan Palestina sama-sama eksis. Pemerintah Palestina juga negara Arab lain menuntut wilayah sesuai kesepakatan 4 Juni 1967. Uniknya, Mei 2017, jubir Hamas Khaled Meshal menyatakan menerima batas wilayah tsb, tapi tdk menerima keberadaan Israel.
Jadi, bicara ttg Palestina tdk melulu soal menembakkan roket atau membunuh tentara Israel.
Hari Selasa kemarin, kesebelasan Saudi bertanding dengan kesebelasan Palestina. Stadionnya di West Bank (Yerusalem Timur) yang saat ini dikuasai Israel. Kalangan pro Hamas pun marah dan mencaci Saudi. Yang tidak paham, ikut-ikutan sinis.
Namun pertandingan itu justru disyukuri Mahmoud Abbas, presiden Palestina. Soal tempat pun, justru dipandang menguntungkan Palestina.
Selama ini, pertandingan kesebelasan Palestina selalu di negara ketiga. Secara tidak langsung, ini pengakuan thd West Bank sebagai bagian Palestina. Sesuatu yang dipercaya menjatuhkan Obama ketika berani mengorek-ngoreknya.
*) Disalin dari wall FB Ibnu Rajab, 17102019