Militer AS pada Rabu (22/12) mengumumkan bahwa mereka telah menyita lebih dari 1.000 senapan serbu AK-47 dan lebih dari 200 ribu butir amunisi, yang akan dikirim dari Iran ke Houtsi Yaman.
“Kapal tanpa kewarganegaraan berasal dari Iran dan transit di perairan internasional di sepanjang rute yang secara historis digunakan untuk perdagangan senjata ilegal ke Houtsi di Yaman,” kata Armada ke-5 Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan.
Memasok atau mentransfer senjata ke Houtsi yang didukung Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB serta sanksi AS.
Pada hari Senin (20/12), sebuah kapal penangkap ikan digeledah sesuai dengan hukum internasional, sebanyak lima anggota awak mengatakan mereka adalah warga negara Yaman dan akan berlayar kembal ke Tanah Air mereka.
“Setelah mengeluarkan awak dan kargo terlarang, pasukan angkatan laut AS menentukan kapal tanpa kewarganegaraan itu berbahaya bagi navigasi untuk pengiriman komersial dan menenggelamkannya,” kata Armada ke-5.
Tahun ini saja, Angkatan Laut AS di kawasan itu telah menyita sekitar 8.700 senjata ilegal.
“Pasukan angkatan laut AS secara teratur melakukan operasi keamanan maritim di Timur Tengah untuk memastikan arus bebas perdagangan yang sah dan menggagalkan pengangkutan kargo gelap yang sering mendanai terorisme dan kegiatan melanggar hukum lainnya,” sebagaimana pernyataan hari Rabu.
Senjata lain yang disita termasuk peluru kendali anti-tank buatan Rusia, senapan serbu China, dan peluncur granat berpeluncur roket lainnya.
Armada AS yang menyita senjata tersebut bertanggung jawab atas wilayah maritim di Teluk Arab, Teluk Oman, Laut Merah, sebagian Samudra Hindia dan tiga titik kritis di Selat Hormuz, Terusan Suez, dan Selat Bab al Mandeb.
Houtsi telah meningkatkan serangan mereka ke Arab Saudi dengan target sipil saat serangan mereka di Marin terus berlanjut.
Sebuah laporan baru-baru ini dari Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) yang berbasis di Washington mengatakan bahwa Houtsi menggandakan jumlah serangan mereka terhadap sasaran sipil di Arab Saudi selama sembilan bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020.
Laporan itu mengatakan Iran dan Hizbullah Lebanon adalah penyedia senjata dan bantuan terbesar untuk kelompok pemberontak pemerintah yang syah di Yaman.[]
Sumber: alarabiya