Dalam seminggu terakhir ini, media lokal di Arab Saudi diramaikan berita persiapan kembalinya siswa-siswa ke bangku sekolah, setelah hampir 1,5 tahun belajar secara online.

Urusan anak sekolah kini bukan hanya menjadi perhatian orang tua murid dan pihak sekolah serta Kementerian Pendidikan saja.

Menteri Pendidikan, Dr. Hamad bin Muhammad Al-Sheikh, menegaskan bahwa tantangan pandemi Corona masih ada di setiap kelas, sekolah dan universitas. Tetapi harapan, optimisme dan kesiapsiagaan menjadi elemen penting dalam menghadapi tantangan tersebut.

Hamad juga mensyaratkan siswa-siswi serta tenaga pengajar yang diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar mengajar adalah yang telah menerima dua dosis vaksin Corona dan berkomitmen untuk menerapkan tindakan pencegahan selama jam sekolah.

Kementerian Kesehatan Saudi misalnya, mengingatkan agar belajar menjadi aman, seluruh siswa diharuskan mengenakan masker, cuci tangan, melakukan physical distancing dan tidak saling berbagi peralatan sekolah antara siswa.

Tak kalah seru, Penasihat hukum dan anggota Asosiasi Pengacara Saudi, Muhammad Al-Wahaibi, menjelaskan hukuman bagi siswa yang melakukan kejahatan informasi selama jam pelajaran di sekolah.

Dalam wawancara dengan Al-Ikhbariya, dia mengatakan bahwa ada ancaman hukuman penjara maksimal 6 bulan, di rumah tahanan pembinaan remaja.

Ancaman sanksi ini diterapkan bagi siswa yang mengambil gambar atau video untuk membully, karena dianggap sebagai kejahatan yang dituntut secara hukum.

Kini Saudi telah menerapkan sistem kalender pendidikan 3 catur wulan dalam setahun ajaran. Beberapa sekolah seperti tingkat menengah (mutawasithah) dan atas (tsanawiyah) membuat jadwal kehadiran siswa tidak setiap hari.

Seperti salah satu jadwal sekolah di bawah ini, setiap tingkatan dan kelas dibuat jadwal tersendiri, sehingga dalam satu hari sebagian ada yang hadir di kelas dan sebagian lainnya belajar secara online.