Umrah Ramadan oleh: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop
promo: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop

Lagi, Diskotik di Arab Saudi

Lagi, Diskotik di Arab Saudi

Tidak ada di atas muka bumi ini, satu orang pun yang selalu benar, bebas dari kesalahan (ma’shum). Pun sebuah negara Kerajaan Arab Saudi, King can do wrong.

Sebagian orang merasa perlu mengungkap kekeliruan tersebut. Dengan alasan kritik membangun atau karena cinta. Tetapi, tidak dengan menyebar informasi yang keliru, bukan?

Ketika seseorang menjelaskan di sebuah video, mengatakan “ini adalah marqhas (tempat disko),” kemudian dia menunjukkan sebuah tempat temaram dan terdengar suara musik yang keras, seketika penonton mengamininya.

Promo

Hal ini yang terjadi saat seorang ustadz merepost status FB Mondher Mamlouk, seorang warga Tunis, yang status FB-nya kebanyakan mendiskreditkan pemerintah Arab Saudi.

Mondher juga menambah caption video yang viral tersebut: “warga Saudi banyak yang marah dengan kemerosotan dan degradasi moral ini.”

Pertanyaanya, apakah benar apa yang dikatakan pengunggah video tersebut adalah tempat disko (diskotik)?

Diskotik, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah ruang atau gedung hiburan tempat mendengarkan musik (dari piringan hitam) atau berdansa mengikuti irama musik.

Di diskotik, tamu biasanya menghabiskan waktu malam untuk menikmati musik yang dimainkan oleh seorang Disc Jockey atau DJ sambil meminum beragam sajian minuman beralkohol (kompas.com).

Pertanyaan selanjutnya, apakah diskotik di potongan video tersebut yang dimaksud مرقص  (marqhas) oleh sang Ustadz?

Jika bukan, mungkin kalimat marqosh itu bisa dimaksudkan “apapun tempatnya yang digunakan di dalamnya tarian-tarian ‘belli dance’ plus musik, mau dia kafe, restaurant, atau diskotik.” Ini komentar Abo Musa Al-mizzi, di laman FP Saudinesia.

Kedua pengertian مرقص  (marqhas) di atas, jelas tertolak karena beberapa alasan, di antaranya:

Pertama, pemerintah Arab Saudi sampai tulisan ini dirilis, tidak pernah memberikan perizinan tempat hiburan semacam diskotik. Jika pernah diisukan ada, seperti yang sempat heboh saat Jeddah Festival lalu, maka ini klarifikasinya:

Promo

Lalu, jika diskotik dibuka legal, kenapa kemudian dipermasalahkan? Kenapa warga baru mengeluh pada malam Jum’at tersebut?

Kedua, lokasi “diskotik” berada di depan jalan masuk pemukiman warga, di lantai dasar gedung “syuquq mafrusyah” (apartemen full mebel). Di Arab Saudi, lantai dasar apartemen yang disewakan, biasanya dibuka toko (baqolah), salon, laundry, kantin (boofiyah), atau restoran (math’am).

Negara mana di dunia ini yang pemerintahnya memberi izin pembukaan diskotik di komplek perumahan, dekat masjid, dan terdapat kantor polisi agama (Haiyah al-Amr bil Maruf wa an-Nahyi anil Munkar), sebagaimana yang dijelaskan dalam video?

Uniknya, di negara yang tidak melegalkan klub malam dan diskotek, justru tertuduh. Perlu diketahui, kafe (maqha) yang menyediakan shisha (rokok tembakau ala Timur Tengah) saja, tidak boleh dibuka di sembarang tempat, ada syuruth wa dhowabith yang rigid.

Ketiga, ketika video tersebut viral dan diperbicangkan warganet Saudi, tidak satupun netizen menganggap “marqhas” yang dikatakan pengunggah video tersebut adalah tempat berjoget seperti dugaan Ustadz dan yang mengikutinya.

Portal media online lokal di Arab Saudi pun, menuliskan judul seperti ini:

  • mz-mz.net: بعد انتشار “مقطع الموسيقى”.. مصادر تكشف كواليس إغلاق مطعم جدة
  • okaz.com.sa: الفيصل يوجه بإغلاق مطعم صاخب داخل منطقة سكنية
  • twasul.info: بتوجيه من أمير مكة.. إغلاق مطعم تصدر منه أصوات الموسيقى وإحالة مالكه للجهات المختصة
  • eremnews.com: السعودية.. إغلاق مطعم صدرت منه أصوات موسيقى داخل منطقة سكنية بمكة
  • Pemerintah Provinsi Makkah: توجيه أمير منطقة مكة #خالد_الفيصل .. شرطة المنطقة تغلق مطعماً تصدر منه أصوات الموسيقى داخل منطقة سكنية وإحالة مالكه للجهات المختصة. #إمارة_مكة

Dan masih banyak portal berita lainnya, menulis tempat tersebut sebagai “math’am” (restoran, rumah makan) ditutup karena memutar musik dengan keras. Tidak ada satupun judul berita menulis diskotik (marqhas) dengan pengertian di atas.

Musik keras yang terdengar, sudah tidak sesuai dengan perizinannya sebagai “math’am.” Pelanggaran demikian, pernah terjadi pada akhir tahun 2017 di Jizan. Saudinesia pernah mengulasnya di judul laporan “Amir Jizan Menutup Sebuah Kafe Setelah Viral Video Percampuran Laki-laki dan Perempuan.”

Sebagai informasi, bulan lalu tercatat 230 pelanggaran adab dan kepatutan sosial (Dzauq ‘Aam), serta pelanggaran 10 Ribu Perizinan, dengan 1000 lebih pelanggaran.

Baca: Daftar Peraturan Adab di Tempat Umum dan Ancaman Sanksi Bagi Pelanggarnya.

Yang menarik dari perkembangan kasus ini, bukanlah seperti yang dipersoalkan netizen Indonesia, bahwa itu adalah diskotik, lokasi maksiat yang selama ini terbetik di setiap orang. Tetapi, terkait jati diri pelapor “marqash” tersebut, dianggap sebagai seorang pendusta.

Hal ini diungkap setelah di potongan video tersebut menyebut dirinya tinggal di rumah tak jauh dari tempat yang keluar suara musik dan memiliki 3 anak perempuan, yang paling besar duduk di bangku Tsanawiyah.

Adalah Abdullah al-Barqawi, Wakil Pimpinan Redaksi “Sabq,” menulis di Twitter-nya:

“Anda ingat siapa yang merekam video “Bagaimana saya bisa mendidik anak perempuan saya?!” Saya perjelas, bahwa ternyata dia adalah seorang bujangan yang tinggal di rumah yang bukan di lokasi seperti yang dia adukan di klip tersebut. Dan dia adalah dulunya seorang bandar narkoba! Apapun, restoran (math’am) telah ditutup dan pemiliknya telah digiring ke pihak yang berwenang.”

Cuitan Barqawi banyak direspon negatif oleh netizen Saudi, dengan membela sang whistleblower tersebut.

Menariknya, sekali lagi, di cuitan WaPemred Sabq di atas, dia tidak menulis “marqhas” yang disegel, tetapi restoran atau rumah makan (math’am), bukan seperti dugaan Ustadz dan yang semisal.

Lantas, mengapa pengunggah video tersebut melontarkan kata “marqhas?” Tidak diketahui pasti, hanya saja dari beberapa dugaan, kemungkinan dia berbicara dengan nada hiperbola (gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan).

Hal ini wajar, selain dalam kondisi emosional, juga kebiasaan warga Saudi dalam percakapan sehari-hari, menggunakan mubalaghah. Seperti panggilan profesi dipanggil dengan mubalaghah, dengan wazan فعال – فعالة.

Misalnya, sopir (saiq), dipanggil sawwaq (sopir yang profesional), khadimah atau pembantu perempuan, dipanggil menjadi khaddamah dengan arti majas hiperbola, dan seterusnya.

Bagaimana dengan suasana lampu seperti di dalam diskotek? Di restoran manapun, tidak hanya di Saudi, suasana temaram atau hiasan lampu LED kerlap-kerlip bisa terpasang.

Jika itu dianggap sebagai bentuk penampakan sebuah diskotik, apakah di pintu masuk diskotik terbuka seperti itu? Di negara liberal atau kafir sekalipun pintu masuk diskotik tidak sebebas yang tampak seperti di video tersebut. Hal ni sebenarnya telah terjawab di poin ketiga di atas.

Oleh karena itu, dari beberapa fakta dan sisi bahasa di video tersebut, keliru jika dipahami sebagai diskotik. Apalagi, pengertian diskotik yang diinginkan sang Ustadz dan komentator di atas (belli dance!!!). wal’iyadzu billah.

Sebagai penutup, jika ada orang berteriak “sinagog” untuk sebuah masjid, maka janganlah mudah taqlid, meski ditampakkan audio dan visualnya dalam sekejap. Jangan Anda katakan “saya hanya mengatakan apa yang dia katakan.” Di waktu yang sama, Anda menafikkan fakta yang sebenarnya!

Jangan pula, bagi yang belum pernah tinggal di Saudi merasa lebih paham lingkungan dan suasana hidupnya. Sehingga apapun berita tentang Saudi ditelan mentah-mentah, terutama yang buruknya daripada baiknnya.

Berita palsu atau bohong atau hoaks (bahasa Inggris: hoax) adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hoaks bukan sekadar misleading, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta. Demikian, menurut wikipedia. abufakhri