Arab Saudi dan Amerika Serikat pada hari Senin (29/6), menggarisbawahi perlunya tindakan untuk menghadapi aksi kriminal Iran, agar tecipta perdamaian dan stabilitas keamanan di Timur Tengah.
Dalam briefing bersama Menteri Negara Luar Negeri Saudi, Adel Al-Jubeir dan utusan khusus AS untuk Iran, Brian Hook, keduanya menyeru masyarakat internasional dan PBB, untuk melakukan apa yang diperlukan untuk mengendalikan desain jahat Iran yang mengganggu perdamaian di wilayah tersebut. Mereka juga menyerukan perpanjangan embargo senjata.
“Bayangkan, bagaimana jika tidak ada embargo?” Al-Jubeir menyindir, mendesak PBB untuk mempertahankan embargo yang ada.
Embargo senjata sejauh ini telah menghentikan Iran dari pembelian jet tempur, tank, kapal perang dan persenjataan lainnya, tetapi gagal menghentikan penyelundupan senjata ke zona perang.
Mengutuk desain jahat Teheran yang mengganggu kawasan, Al-Jubeir mengatakan: “Ada cahaya dan kegelapan di Timur Tengah. Arab Saudi adalah cahaya yang berupaya meningkatkan kehidupan warga negara sementara Iran adalah kegelapan, menabur kematian dan kehancuran. “
Sejak awal perang di Yaman, milisi Houtsi telah melakukan 1.659 serangan ke wilayah sipil di Arab Saudi, dengan menembakkan 318 rudal balistik buatan Iran, menargetkan kota dan desa-desa di wilayah Saudi.
Selain itu, 371 drone telah diluncurkan menargetkan Saudi oleh milisi Houtsi, serta 64 kapal boat peledak digunakan untuk menghalangi navigasi di Bab Al-Mandab dan Laut Merah, kata Al-Jubeir.
Menteri Saudi menambahkan bahwa sejak awal revolusi Iran pada 1979, Iran telah membunuh lebih dari 360 orang di seluruh dunia
Iran berurusan dengan geng narkoba dan kelompok kriminal di seluruh dunia, tidak salah jika Iran disebut sebagai pendukung terorisme, Al-Jubeir menambahkan.
Dia mengatakan bahwa Arab Saudi bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mencegah Iran mengekspor senjata dan mendesak masyarakat internasional untuk memperpanjang larangan penjualan senjata ke Iran.
Sementara itu, Saudi berkomitmen untuk keselamatan dan keamanan warga dan warganya dan perlindungan fasilitasnya, tegas Al-Jubeir.
Mendesak masyarakat dunia untuk bertindak sebelum terlambat, Al-Jubeir juga mengatakan: “Perjanjian nuklir lemah dan Iran terus melanggarnya, dan dunia harus berdiri teguh melawan kebijakan teroris Iran.”
Sementara itu, berbicara kepada wartawan, utusan khusus AS untuk Iran, mengatakan dia berada di wilayah itu “untuk menekankan hubungan bilateral dan langkah-langkah diplomatik” untuk menahan Iran.
Dia mengatakan jika embargo senjata PBB terhadap Iran dicabut, Teheran akan dapat lebih mengembangkan kemampuan militernya dan mengancam navigasi maritim di Teluk.
Hook mengatakan pencabutan embargo juga akan mendorong “perlombaan senjata” di wilayah tersebut.
Iran tidak akan pernah diizinkan mengembangkan senjata nuklir, kata Hook.
Para pemimpin Iran menolak diplomasi, memicu ketidakstabilan, dan memperburuk penderitaan warga Yaman yang tidak bersalah, tambah Hook.
Sebelum konferensi pers dimulai, Koalisi Arab mengungkap detail tentang pengiriman rudal baru Iran di lepas pantai Yaman untuk milisi Houtsi.
Koalisi mengatakan sebuah kapal yang membawa senjata Iran berhasil dihalau 12 hari lalu di lepas pantai Yaman.
Al-Jubeir menganggap Iran berperan dalam serangan Houtsi ke Arab Saudi, dengan mengatakan: “Iran mengekspor senjata ke kelompok-kelompok teroris meskipun ada embargo.”
PBB sejak awal bulan ini telah menentukan bahwa Iran adalah sumber pemasok senjata untuk serangan ke Saudi. Ini terbukti dari senjata yang disita oleh Amerika Serikat dan sisa puing serangan ke instalasi minyak Arab Saudi dan sebuah bandara internasional tahun lalu.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan beberapa bukti yang disita AS pada November 2019 dan Februari 2020 “sama atau mirip” dengan yang ditemukan rudal jelajah dan serangan pesawat tak berawak ke Arab Saudi pada 2019. SG