Dua tahun silam, seorang yang kini di-ustadz-kan merasa tidak nyaman dan janggal karena sebuah panggilan. Menurutnya, tidak sepantasnya orang dipanggil atau dibentak menggunakan nama “Ahmad” atau “Muhammad.”
Pasalnya, menurut “tokoh” tersebut, ada sifat perendahan nama itu disematkan kepada pelayan restoran atau orang asing yang “derajatnya” dianggap lebih rendah.
Masih menurutnya, jika dengan nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam warga Saudi “tidak risih,” tetapi jika dipanggil dengan salah satau nama raja-nya, Abul Aziz, tidak rela.
Demikian, di antara sifat segelintir orang yang tidak paham kultur di Saudi kemudian menghakimi. Ditambah pula, posisinya yang berselisih pandangan politik, manhaj agamanya dengan Saudi, apapun dicelanya.
Berikut nama panggilan yang biasa disematkan kepada orang yang belum dikenal di Arab Saudi berdasarkan latar belakang atau alasannya:
Muhammad atau Ahmad
Bukan hanya penduduk Saudi, warga Arab lainnya seperti dari Mesir, Yaman, atau Suriah dan Palestina, jika menyapa warga Asia biasa menyerunya dengan nama Muhammad.
Salah satu alasannya, nama tersebut memang banyak menjadi nama pertama ekspatriat yang mukim di Saudi. Terutama yang berasal dari India, Pakistan dan Bangladesh atau juga Indonesia. Sehingga, semua dipukul rata, disapalah dengan nama yang mudah diucap dan diingat; “Muhammad.”
Penggunaan nama “Muhammad” atau “Ahmad” bukan perendahan apalagi cemoohan kepada Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Justru dengan nama itu, sebagai kebanggaan dan pujian kepada yang dipanggil. Mereka sedang tidak memanggil Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak diperlukan juga shalawat saat disebut nama “Muhammad.”
Abu Ali
Kunyah ini biasanya ditujukan kepada warga Yaman yang banyak bekerja di restoran atau pasar. Tidak diketahui pasti mengapa dipanggil dengan kunyah tersebut. Sebagian mengatakan nisbat ke Presiden Yaman, Ali Abdullah Shaleh, yang pernah berkuasa selama 32 tahun. Ada juga karena memang namanya al-Husein, ayahnya adalah sahabat Ali bin Thalib radhiyallahu ‘anhu.
‘Ammanaa
Artinya “paman kami.” Panggilan ini juga sering ditujukan kepada ekspatriat Yaman. Kebanyakan warga Mesir yang memanggil dengan panggilan ini.
Shodiiq
Panggilan ini sangat akrab di telinga warga pendatang di Arab Saudi. Shodiiq artinya teman atau kawan. Warga Asia dari Bangladesh, Pakistan atau India sering dipanggil “shodiiq.”
Pare
Untuk ekspatriat asal Filipina, mereka dipanggil pare, artinya kawan dalam bahasa Tagalog. Karena kemiripan fisik, warga Indonesia di Saudi juga biasa dipanggil “pare” oleh orang yang belum kenal.
Mu’allim dan Basya
Warga Mesir yang tinggal di Saudi, sering dipanggil “mu’allim” yang artinya guru. Ada dugaan latar belakang pemanggilan ini karena dulu orang Mesir banyak menjadi guru di sekolah dan perguruan tinggi Saudi. Selain ‘mu’allim,” mereka juga biasa dipanggil “basya,” sebagai ta’dzhim (penghargaan).
Senang Memuji
Di antara budaya orang Arab adalah ringannya lidah mereka memuji orang lain. Tidak heran karena sifat ini, basa-basi penuh pujian saat berjumpa bisa lebih panjang dari pada isi pembicaraan.
Oleh karenanya, sebagian nama panggilan yang disebutkan di atas tidak satupun dimaksudkan sebagai perendahan atau penghinaan. Tetapi justru sebagai sanjungan, pujian, usaha untuk akrab. jll