Kawan Sudan yang ‘menamparku’
Barusan sore saya naik taxi ke kampus. Supirnya mahasiswa asal Sudan. Berjubah putih dengan janggut yg rapih. Senyum tersungging indah saat saya menyapanya. Dan audio ceramah seorang Syaikh mengisi ruangan mobil. Tentram dan adem..
Tanpa sadar lampu merah sudah dekat di hadapan kami, hijau berubah menjadi kuning. Bersiap untuk menjadi merah. Kawan Sudan pun melambatkan pedal gas. Namun rupanya tak cukup ruang. Dan akhirnya lampu merahpun dilanggar.
Roda menembus garis aturan, saat lampu sudah memerah nyata. Dan.. Plash..Plash..! Kamera polisi otomatis memotret secepat kilat
3,000 Real atau sekitar 11 juta, denda yang diperkirakan akan dihadapinya.
Tapi kau tahu kawan? Sahabat Sudan saya hanya istirja: Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun, hanya senyum di bibir, “semua ini karena Allah sudah takdirkan, kita tidak bisa lari.”
Hanya itu ucapnya sambil tersenyum. Ya! Tersenyum menghadapi denda 3,000 Real.
Berpuluh kalimat hiburan saya ucapkan, sambil mengelus dan memijat bahunya.
Dan dia hanya tersenyum, ridho yang terpancar kepada Rabbnya.
Saat saya turun, terasa ada panas di pipi, seolah ada tamparan pedas mendarat: mampukah saya sepertinya?
Semoga Allah mengangkat dendanya….
Copast Ust Musa