Semakin banyak Tauhid, Sunnah dan ketaatan yang ada pada suatu negara, maka negara tersebut akan semakin dicintai. Di Arab Saudi, tauhidnya nyata dan sunnahnya jelas, sehingga lebih dicintai.
Ya, dosa memang ada, tetapi orang yang berakal melihat kebaikan keseluruhan yang ada. Tauhid itu nyata; tidak ada kuburan yang disembah dan tidak ada seorang pun selain Allah yang diseru. Sunnah juga nyata, panji-panji bid’ah tidak dikibarkan. Selain itu, masih banyak bentuk kebaikan lainnya yang tampak nyata.
Bukan berarti kita senang dengan dosa dan membiarkannya bertambah banyak. Tidak, kita justru berusaha, dan yang paling bisa kita lakukan adalah berdoa untuk kebaikan para penguasa dan negara serta agar Allah menjauhkan mereka dari dosa.
Jika seseorang mampu menasihati penguasa dengan cara yang pantas, menjaga martabatnya, dan secara privat, maka wajib baginya untuk melakukan hal tersebut. Dan barangsiapa yang mampu menyampaikan pesan kepada para ulama dengan cara yang terhormat, maka itulah yang wajib baginya.
Adapun memanfaatkan dosa yang sedang terjadi di suatu negara untuk menghancurkan negara tersebut, maka itu adalah cara yang sesat. Menyerang penguasa dan negara karena dosa, membuat dan menyebarkan video serta berbicara menentang mereka dari mimbar, adalah cara yang korup dan tidak akan membawa kepada perbaikan.
Seorang muslim membenci segala dosa di semua negara, dan kehadiran dosa menyakitkan hatinya. Akan tetapi, orang adil, yang mengupayakan perbaikan menggunakan cara-cara yang benar untuk menghasilkan perubahan.
Dia tidak menjadi bahagia ketika dia melihat dosa dan mulai menyebarkannya seolah-olah itu adalah “Idul Fitri:” “Lihatlah! Lihat ini konser ini dan itu sedang berlangsung.” Ini bukan perbaikan.
Inilah sebabnya mengapa metodologi salaf adalah manhaj yang shahih dan membawa perbaikan. Metodologi Salaf adalah metodologi yang adil dan seimbang serta berpegang pada prinsip-prinsip hukum yang benar.[]