Kota Madinah merupakan salah satu formasi geologis tertua dan terpenting di Jazirah Arab. Terletak di jantung wilayah barat Kerajaan Arab Saudi, di dalam kawasan yang dikenal dengan sebutan “Perisai Arab” — yaitu massa batuan besar yang mencakup sebagian besar wilayah barat jazirah dan berasal dari zaman geologis purba, bahkan sebelum zaman Kambrium (lebih dari 540 juta tahun yang lalu).
Madinah terletak pada garis lintang 24.28° LU dan garis bujur 39.36° BT, dengan ketinggian rata-rata antara 600 hingga 640 meter di atas permukaan laut. Kota ini dikelilingi oleh pegunungan dari sebagian besar arah, kecuali barat laut.
Meskipun memiliki iklim gurun yang kering dengan suhu panas di musim panas dan dingin di musim dingin, Madinah telah lama dikenal sebagai oasis hijau subur dalam sejarah. Kesuburan tanahnya dan kelimpahan air bawah tanah serta aliran sungai musiman telah mendukung pertanian, terutama pohon kurma dan keanekaragaman vegetasi lainnya.
Faktor geografis dan geologis sekitarnya menjadi unsur penting dalam kesuburan ini, di mana formasi pegunungan dan endapan modern memperkaya tanah dengan unsur alami.
Kota ini dikelilingi oleh sejumlah pegunungan menonjol, yang paling terkenal adalah Gunung Uhud, yang terletak sekitar 5,5 km di utara Masjid Nabawi. Gunung ini merupakan simbol alam dan sejarah, dengan ketinggian sekitar 1077 meter di atas permukaan laut.
Gunung ini sebagian besar terdiri dari batuan beku riolit berwarna merah muda, kaya akan kuarsa, feldspar, dan plagioklas, dengan campuran batu dasit, breksi riolit, dan tuf. Tekstur batuannya mencerminkan proses pendinginan lambat dari magma di dalam kerak bumi.
Di sebelah barat Masjid Nabawi, terdapat Pegunungan Jamaawat dengan ketinggian menengah sekitar 965 meter. Pegunungan ini terbentuk dari batuan granit dan granodiorit — batuan beku intrusif yang berasal dari magma yang membeku di kedalaman bumi.
Gunung Jummah, terletak di sebelah barat Madinah, memanjang dari Universitas Taibah hingga kawasan As-Salam, dengan ketinggian sekitar 944 meter dan juga terdiri dari batu granit.
Gunung Sala’, yang terletak di barat laut Masjid Nabawi, terbentuk dari batu gabbro — batuan dasar yang keras dan padat, berwarna abu-abu kehitaman, dan berasal dari proses intrusi magma. Tingginya mencapai sekitar 681 meter.
Sementara itu, Gunung ‘Air, di selatan Madinah, adalah formasi vulkanik yang dikelilingi batu basal dari berbagai arah, kecuali barat laut, menunjukkan adanya aktivitas vulkanik purba.
Gunung Umm Salamah, sekitar 17 km di barat laut kota, juga menjadi saksi penting formasi granit yang mencerminkan sejarah geologis dalam kota ini.
Madinah kaya akan berbagai jenis batuan yang mencerminkan beragam fase geologis. Di antaranya adalah “batuan dasar kuno”, berupa batuan beku asam dan basa (seperti riolit, dasit, dan andesit) yang berasal dari era sebelum zaman Kambrium, dan terlihat jelas di wilayah utara dan barat kota.
Batuan ini diselingi dengan batuan klastik, yang menunjukkan adanya aktivitas vulkanik. Ada juga “batuan intrusi dalam”, yaitu lava yang menyusup dari perut bumi dan membeku perlahan di dalam kerak bumi, membentuk batuan beku dalam seperti granit, granodiorit, diorit, dan gabbro.
Batuan ini kemudian masuk ke dalam formasi batuan dasar dan mengalami proses metamorfosis akibat tekanan dan panas. Madinah juga dikelilingi oleh tiga kawasan lava vulkanik besar yang dikenal secara ilmiah sebagai “batuan vulkanik modern”.
Ini adalah hasil dari aliran lava basaltik berwarna gelap dari zaman geologi akhir. Formasi ini meliputi area luas di sekitar Madinah, membentuk dua lengkungan yang mengelilingi kota: satu dari timur yang dikenal dengan Harrat Waqim (harrat timur), dan satu lagi dari barat yang disebut Harrat Al-Wabrah (harrat barat).Perlu diketahui bahwa harrat barat lebih luas dari harrat timur.
Batuan basaltnya meluas ke selatan hingga mencapai timur Gunung ‘Air, dan dapat dilihat dengan jelas di sepanjang jalan menuju Qasim. Formasi ini adalah hasil dari aktivitas vulkanik purba yang membentuk struktur topografi wilayah tersebut.
Selain pegunungan dan harrat, endapan sedimen modern juga menjadi komponen penting dalam geologi Madinah, menutupi sebagian besar wilayah kota dan membentuk cekungan sedimen dengan ketinggian rata-rata sekitar 625 meter di atas permukaan laut.
Endapan ini berasal dari erosi pegunungan sekitarnya dan dibawa ke kota melalui jaringan sungai musiman, yang mengalir saat musim hujan dan membawa tanah serta fragmen batuan.Di antara sungai paling terkenal adalah Wadi Al-‘Aqiq, yang mengalir dari selatan ke utara Madinah dan bertemu dengan Wadi Qanat di sebelah barat Gunung Uhud.
Wadi ini adalah salah satu lembah tertua dan paling penting karena kesuburannya dan kontribusinya terhadap pertanian. Kemudian ada Wadi Qanat, yang datang dari timur laut dan mengalir di timur Gunung Uhud, lalu membelok ke barat menuju wilayah Zughabah.
Wadi Bathan mengalir dari selatan kota, melewati barat Gunung Sala’, lalu ke utara. Wadi Ranoona datang dari barat daya dan bertemu Bathan di daerah Quba untuk melanjutkan alirannya ke utara. Adapun Wadi Al-Hamdh mengalir ke arah utara lalu membelok ke barat laut hingga akhirnya bermuara ke Laut Merah.
Sungai-sungai ini berperan besar dalam membentuk lanskap geologis kota, membantu pengendapan tanah lempung, pasir, dan lumpur, serta memperkaya cekungan sedimen dengan bahan organik dan mineral, meningkatkan kesuburan dan mendukung vegetasi.
Dari sisi teknik sipil, batuan beku seperti granit, basalt, dan andesit di Madinah sangat penting karena kepadatannya yang tinggi dan daya tahannya terhadap tekanan, menjadikannya cocok untuk konstruksi bangunan berat dan infrastruktur — hal ini sudah diterapkan dalam banyak proyek pembangunan di wilayah tersebut.



Sebagian batuan sedimen klastik juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan mentah berkualitas tinggi dalam industri beton. Batuan ini banyak ditemukan di wilayah utara dan barat Madinah, terutama di daerah pegunungan utara Gunung Uhud dan di sepanjang jalan lama menuju Tabuk.
Batuan ini terbentuk dari fragmen batuan vulkanik lama yang mengendap kembali. Sementara itu, tanah dan endapan halus di wilayah Bendungan Al-Bayda’ sangat cocok untuk kegiatan pertanian.
Madinah bukan hanya pusat keagamaan dan sejarah, tetapi juga merupakan museum geologis terbuka yang mencerminkan keanekaragaman dan sejarah panjang bumi, serta menawarkan peluang berharga bagi para peneliti dan pemerhati alam untuk memahami faktor-faktor alamiah yang membentuk karakter wilayah ini sepanjang zaman. (Muhammad Abyan Arrazi)
Sumber: SPA