Umrah Ramadan oleh: Haji Tanpa Antri Bilboard Dekstop
promo: Haji Tanpa Antri Bilboard Dekstop

Pesawat Israel Melintas Udara Saudi, Berkhianat Terhadap Palestina?

Pesawat Israel Melintas Udara Saudi, Berkhianat Terhadap Palestina?

Senin (31/8), Maskapai Israel Airlines El Al, berhasil melakukan penerbangan bersejarah dari Bandar Udara Ben Gurion Tel Aviv ke Abu Dhabi, Uni Emirate Arab (UEA).

Pesawat yang dipilih membawa penumpang delegasi Israel dan AS tersebut, adalah Boeing 737, dengan dipasang sistem pertahanan rudal “Sky Shield” Israel.

Penerbangan ini tidak lain sebagai tindak lanjut kesepakatan perjanjian tripartit AS, UEA dan Israel.

Kuota Haji Dalam Negeri
Promo

Jared Kouchner, penasihat Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, mengungkapkan harapannya bahwa perjalanan ini akan menjadi yang pertama dari perjalanan lain antara UEA dan Israel.

Penasihat Keamanan Nasional Israel, Mai Bin Shabat, yang ikut dalam rombongan, mengatakan, “Kami ingin jalan damai bersama Emirates.”

Normalisasi UEA-Israel, ditindaklanjuti dengan “kerja sama ekonomi, keilmuan, komersial dan budaya, serta penerbangan langsung antara kedua negara,” papar Jubir Kemenlu Israel, Ophir Gendelman.

Kemesraan yang akan dimulai antara UEA dan Israel, tidak disambut gembira oleh semua pihak.

Di antaranya, Presiden Turki, Erdogan, mengancam akan memutuskan hubungan dengan UEA sebagai protes terhadap normalisasi dengan Israel.

Uniknya, tidak lama setelah ancaman tersebut, Menteri Transportasi Turki mengumumkan pembukaan kembali penerbangan yang ditangguhkan karena Corona ke dan dari 48 negara.

Dan di antara negara yang dibuka kembali penerbangannya adalah Israel!

Di al-Quds, atas nama rakyat Palestina, sekelompok warga menginjak-injak foto Putra Mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed.

Dia dianggap berkhianat, dengan membuka hubungan dengan Israel.

Promo

Padahal, dunia tahu, Turki merupakan negara muslim pertama yang mengakui negara Israel sejak 1949, disusul negara-negara Arab lainnya.

Saudi Dijadikan Judul Berita
Sebelum penerbangan historis tersebut terjadi, Pada hari Jumat (28/8), El Al mengajukan permohonan kepada otoritas penerbangan di Kerajaan Arab Saudi agar dapat melewati wilayah udaranya.

Permintaan itu dikirim atas nama “Al”, melalui Dewan Keamanan Nasional Israel dan mediator.

Tetapi Saudi tidak menanggapinya. Ini karena tidak ada hubungan diplomatik antara Israel dan Arab Saudi.

Meskipun rumor Saudi akan mengikuti langkah UEA, Menteri Luar Negeri Saudi telah membantahnya.

Seorang pejabat senior di El Al menyatakan, kehadiran delegasi Amerika di dalam pesawat tersebut, dijadikan alasan agar mendapat izin otoritas Saudi, sebagaimana laporan i24news.

Singkat cerita, untuk pertama kalinya pesawat yang terdaftar di Israel melewati langit Arab Saudi.

Jika tidak disetujui, pesawat akan dipaksa menuju Teluk Arab, melewati Laut Merah dan Teluk Aden, yang akan memperpanjang perjalanan hingga 7 jam lebih.

Dengan melintasi langit Saudi, perjalanan menjadi singkat 3 jam 20 menit saja.

Media bersorak gembira, menulis headline-nya, “الخطوط الاسرائيلية تدخل الأجواء السعودية” “El Al 971 Melewati Ruang Udara Saudi,” dan kalimat senada.

Tak luput, disampaikan sebagai “yang pertama kali,” “pertama dalam sejarah.”

Padahal mereka selama ini yang menuduh Saudi memiliki hubungan rahasia; ada penerbangan Israel ke Saudi, klaim Saudi menerima warga Israel, dan tudingan-tudingan tak berdasar lainnya.

Laporan penerbangan El Al di atas, menjadi bantahan atas tudingan mereka sendiri. Sekaligus bukti bahwa Saudi dan Israel sama sekali tidak memiliki hubungan.

BACA: Turkinesia Menuduh Arab Saudi Memiliki Hubungan Dengan Israel
BACA: Bukti Hubungan Gelap Saudi-Israel Menurut Turkinesia

Media dan netizen yang menshare kabar ini, ingin menyampaikan pesan, bahwa Saudi selama ini memang tidak berpihak ke Palestina.

Buktinya, memberikan izin wilayah udaranya dilalui pesawat Israel.

Begitulah, secepat dan semudah itu alasannya diproduksi, disebarluaskan, menggalang opini.

Mereka buta terhadap segala upaya Arab Saudi yang berjuang secara fisik, harta, pikiran dan waktu demi Palestina merdeka dengan al-Quds sebagai ibukotanya.

Tidak salah, Pangeran Abdul Rahman bin Musaed bin Abdul Aziz, mengungkapkan dalam cuitannya:

“Arab Saudi telah memberikan banyak hal yang tak terhitung nilainya untuk perjuangan Palestina. Semua itu dianggap sebagai kewajiban yang tidak perlu pujian untuk mengerjakannya sebagai usaha yang berkesinambungan.

Meskipun tidak memiliki hubungan dengan Israel, dan menyatakan posisinya yang teguh dengan rencana perdamaian Arab, namun tetap saja dicacimaki dan dikhianati.

Lucunya, caci maki yang paling keras justru dari pengkhianat Palestina dan rakyatnya.”

Dengan alasan di atas itu pula, normalisasi UEA dianggap mengkhianati Palestina.

Padahal, MBZ tidak memberi cek kosong kepada Israel, tetapi mensyaratkan: hentikan aneksasi Israel ke tanah Palestina.

Hal ditegaskan kembali oleh MBZ kepada komunitas Palestina di UEA dalam pembentukan “Klub Persahabatan Emirat-Palestina:”

“Posisi UEA tetap dan tegas terkait pendirian negara Palestina dengan Al-Quds Timur sebagai ibukotanya.”

Bandingkan cara normalisasi Turki atau Qatar yang secara terirtorial tidak berbatasan dengan Israel. Tidak ada memberi faedah apapun terhadap Palestina.

Mengomentari pendapat orang-orang dan media yang hasad, warga Saudi mencuit:

Mereka marah saat pesawat komersial Israel melintas di atas Arab Saudi, tetapi mereka tidak marah ketika ratusan rudal dan drone ditujukan ke wilayah udara kita yang datang dari Iran dan agen terorisnya di Yaman!

BACA: Larangan Pesawat Tujuan Israel Melintas Udara Saudi
BACA: Arab Saudi Tidak Pernah Memberikan Izin Apapun untuk Penerbangan Antara India dan Israel

*) Ditulis oleh Abdullah, WNI di Arab Saudi