Umrah Ramadan oleh: Tour Saudi Bilboard Dekstop
promo: Tour Saudi Bilboard Dekstop

Overseas Indonesians Network (OIN): Tonggak Sejarah atau Menjadi Sejarah

Overseas Indonesians Network (OIN): Tonggak Sejarah atau Menjadi Sejarah

Hari ini, tepat 1 minggu lahir federasi paguyuban yang disepakati diberi nama Overseas Indonesians Network (OIN). Melalui kongres yang berlangsung dari 16-18 Mei lalu, dihadiri oleh 15 wakil paguyuban Indonesia se-Arab Saudi.

Secara definisi, federasi adalah gabungan beberapa perhimpunan yang bekerja sama dan seakan-akan merupakan satu badan, tetapi tetap berdiri sendiri (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Sedangkan paguyuban, dari sekian definisi yang bermacam-macam, sepertinya yang lebih tepat untuk konteks di Arab Saudi adalah “organisasi atau perkumpulan masyarakat yang terdiri dari sekelompok orang yang memiliki minat atau tujuan yang sama.”

Umrah Anti Mainstream
Promo

Ya, sekelompok masyarakat Indonesia di Arab Saudi yang memiliki tujuan yang sama; untuk menjalin silaturahim, komunikasi, saling tolong menolong serta menggali potensi anggota paguyuban Indonesia di Arab Saudi.

Poin menarik sekaligus sangat penting dari pendirian federasi di atas adalah seperti apa yang disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Dr. Abdulaziz Ahmad saat acara pembukaan kongres.

Dubes mengatakan, “ada yang disebut dengan ‘intellectual organic,’ mereka yang memiliki kemampuan intelektual dan mau bekerja untuk membantu masyarakat yang secara intelektual kurang. Itu yang perlu kita perbanyak dan kita harus mencoba pelan-pelan merangkul mereka.”

Istilah “intelektual organik” berasal dari pemikiran filosof Italia, Antonio Gramsci. Menurutnya, intelektual organik adalah individu atau kelompok yang secara aktif berkontribusi dalam pembentukan ide-ide dan pemahaman yang mendominasi dalam masyarakat (sumber).

Dan sudah menjadi maklum, ekspatriat Indonesia di Arab Saudi didominasi oleh low skill worker atau pekerja domestik yang bekerja di sektor perumahan sebagai asisten rumah tangga, sopir dan sejenisnya.

Kondisi tersebut melahirkan beragam macam tantangan, yang terus berulang meski pemerintahan berganti, moratorium diputuskan dan kebijakan dirubah. Belum ada yang bisa menghentikan demand pekerja Indonesia di sektor tersebut.

Dan selama itu pula respon untuk melakukan pelindungan dan pembelaan hak-hak pekerja migran dilakukan oleh aktivis dan penggiat yang senasib. Adapun ekspatriat Indonesia profesional atau mereka yang tergolong “intelektual” tidak dirasakan kontribusinya, ide-idenya pun tidak pernah terdengar suaranya.

Untuk itu, OIN diharapkan bisa menjawabnya, menjadi wadah untuk saling membantu, kerjasama, meningkatkan kualitas dalam kerangka membangun peradaban. “Karena ke depan, sesama warga Indonesia harus saling membantu untuk meningkatkan kualitas bekerja dan hidup, bukan mengekploitasi,” pesan Dubes Abdulaziz.

Secara pararel, mewujudkan cita-cita besar untuk memanfaatkan potensi anak bangsa. “Sudah saatnya kita maju selangkah ke level yang lebih tinggi,” semangat Dubes Abul Aziz.

Umrah Anti Mainstream
Promo

Tekad tersebut bukan tanpa alasan. Warga Indonesia di Arab Saudi, acap diimejkan sebagai pendatang yang miskin skill dari latar belakang pendidikan rendah.

Maka, diperlukan sebuah wadah untuk menaikkan level yang lebih tinggi, meningkatkan dignity, menunjukkan kemampuan dan kebangaan sebagai bangsa besar sebagaimana keanggotaannya di G-20.

Dalam tataran praktis-aktivitas, OIN diharap dapat menampung berbagai ide dan gagasan untuk kemajuan anggota federasi; mengedukasi, memberi motivasi, membekali life skill, membangun optimisme menatap masa depan. Selain merawat keindonesiaan dalam persatuan dalam keragaman.

The last but not the least, masa awal berdirinya federasi yang disambut penuh semangat pengurus baru OIN dan full support KBRI Riyadh, jangan lagi menjadi duplikat pendahulunya; “hidup enggap mati tak mau.”

Tidak sedikit organisasi di Arab Saudi pada awalnya mewarnai dan berkontribusi hingga diapresiasi “award,” tetapi kemudian redup, lekang ditelan waktu. Idealismenya luntur, beralih kepada pragmatisme masing-masing pengurus dan anggotanya.

Begitupula KBRI Riyadh, tidak sekedar mengejar target masa posting pejabat di Arab Saudi; jika telah usai periodenya, maka berubahlah kebijakan hingga dukungannya.

Semoga OIN menjadi legacy yang bisa diteruskan dari masa ke masa, mampu mewujudkan apa yang diprasastikan dalan Anggaran Dasarnya. Selamat berjibaku seluruh pengurus OIN![]

*) Ditulis oleh Abu Fakhri, Presidium OIN.