Raja Abdullah II dari Yordania membuka KTT Arab ke-29 di Dhahran, Arab Saudi, pada Ahad (15/4). Dalam sambutannya, Raja Abdullah menekankan perlunya solusi dua negara (Palestina dan Israel) dan mengutuk keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.
Sementara Raja Salman bin Abdul Aziz, sebagai tuan rumah, menekankan urgensi Yerusalem tetap menjadi ibu kota Palestina. Untuk itu, dia mendeklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Arab kali ini berganti nama menjadi “KTT Yerusalem” sebagai wujud solidaritas kepada bangsa Palestina.
Selain isu Palestina, Raja Salman menyeru masyarakat internasional untuk mengambil sikap yang tegas terhadap campur tangan Iran di kawasan Timur Tengah, di antaranya selama ini menyokong pemberontak Houtsi di Yaman yang menimbulkan perang berkepanjangan.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit mengatakan bahwa ancaman besar yang dihadapi bangsa Arab semuanya sama penting dan berbahaya.
“Tantangan saat ini adalah menyerukan dialog terkait prioritas keamanan nasional Arab,” kata Aboul Gheit.
Dia juga mengatakan bahwa rezim Suriah memikul tanggung jawab besar dalam “runtuhnya tanah air dan kehilangan martabat.”
Koferensi kali ini diselengarakan di Pusat Kebudayaan Internasional King Abdulaziz di Dhahran, Provinsi Timur Arab Saudi, dihadiri oleh 14 pemimpin negara Arab dan 6 delegasi mewakili kepala negaranya.
Di antara pemimpin negara Arab yang hadir adalah Mesir, Somalia, Tunisia, Palestine, Irak, Yaman, Sudan, Mauritania, Lebanon, Bahrain, Kuwait, Jordan, the Comoros dan Djibouti. Enam negara Arab lainnya mengutus wakilnya, di antaranya Uni Emirat Arab, Oman, Libia, Al-Jazair, Maroko, dan Qatar.
Sementara Suriah tidak dapat hadir mengingat keanggotaanya dibekukan sejak 2011, setelah pecah peperangan di dalam negerinya. arbn, egttdy