Umrah Ramadan oleh: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop
promo: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop

Kemarahan Amerika Serikat Kepada Arab Saudi

Kemarahan Amerika Serikat Kepada Arab Saudi

Tagar ايميلات_هيلاري# (#Hillary_Emails) menduduki puncak daftar Tren di Twitter, pada hari Sabtu (11/10) kemarin.

Ini setelah netizen menyebarluaskan korespondensi yang bocor dari email Hillary Clinton dan kisah Pangeran Saud Al-Faisal.

Fakta hubungan Saudi-AS menunjukkan posisi historis mereka dengan negara-negara Teluk dan Arab terungkap dari email Hillary Clinton.

Promo

Di antaranya saat Arab Spring (2010-2011), Hillary mengekspresikan kekecewaan dan kemarahan terhadap Arab Saudi karena mendukung Mesir, Irak dan Bahrain.

Dia juga mengatakan bahwa Saud al-Faisal, Menteri Luar Negeri Arab Saudi kala itu, “menutup telepon di depan wajah saya, setelah saya memintanya untuk tidak ikut campur dalam demonstrasi Bahrain.”

BACA: Saudi Antek Yahudi
BACA: Saudi: Pemimpin Dunia Islam atau Antek Amerika?

Hillary sangat marah atas masuknya pasukan “Peninsula Shield” ke Bahrain pada tahun 2011, dan mengungkapkan hal ini kepada pihak berwenang Saudi.

Dia mengingatkan Menlu Saudi agar tidak mengirim pasukan ke Bahrain, tetapi Pangeran Saud menutup telepon, menolak permintaan tersebut.

Email tersebut juga mengungkap bahwa Arab Saudi tidak mempercayai AS melindungi kepentingannya di Timur Tengah, terutama setelah pasukan Amerika menginvasi Irak.

Pernyataan menarik lainnya, surat dari Charles W., Duta Besar AS untuk Arab Saudi pada saat itu, kepada Clinton mengatakan:

“Masyarakat Saudi adalah satu-satunya di planet ini yang belum ditembus oleh kolonialisme Barat. Tidak ada tentara Eropa yang menembus perbatasannya, baik oleh misionaris atau pembisnis. Ibukotanya Riyadh, terlarang bagi orang-orang kafir kota suci Mekah dan Madinah tetap demikian sampai sekarang.”

Pengakuan Charles W., Duta Besar AS untuk Arab Saudi

Bocoran email tersebut juga mengungkap banyak fakta persekongkolan AS dengan Qatar melalui medianya Al Jazeera.

Promo

Terungkap Waddah Khanfar, mantan Direktur Al Jazeera, meminta bantuan Departemen Luar Negeri AS. Perhatian Wakil Menteri yang ditunjuk sendiri oleh Obama, merespon hal ini.

Fakta lainya, bahwa Qatar menyokong denga dana sebesar US $ 100 juta untuk Hillary dan timnya, untuk membangun jaringan media yang mendukung Ikhwanul Muslimin dan manajemen Waddah Khanfar, agar sesuai dengan suara Amerika.[]