Komando Pasukan Koalisi untuk mengembalikan legitimasi di Yaman mengatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan senjata yang digunakan dalam serangan terhadap dua fasilitas minyak Saudi Aramco berasal dari Iran.
Meski serangan telah diklaim bertanggungjawab kelompok Houtsi dukungan Iran, Juru bicara Koalisi, Kolonel Turki Al-Maliki, mengatakan bahwa penyelidikan atas serangan hari Sabtu (15/9) lalu, masih berlangsung untuk menentukan lokasi peluncuran.
Dalam siaran persnya di Riyadh (16/9), Maliki menjelaskan bahwa drone yang digunakan adalah “the Ababil Make,” sebuah drone berteknologi rendah.
“Penyelidikan terus berlanjut dan semua indikasi mengarah bahwa senjata yang digunakan dalam kedua serangan berasal dari Iran,” jelas Al-Maliki kepada wartawan dengan menambahkan bahwa saat ini sedang diselidiki lokasi drone mereka diluncurkan.
“Hasil awal menunjukkan bahwa senjata tersebut adalah milik Iran dan kami saat ini sedang bekerja untuk menentukan lokasi. Serangan teroris tersebut bukan berasal dari Yaman seperti yang dikatakan oleh milisi Houtsi,” tambah Al-Maliki.
Al-Maliki mengatakan pada hari Senin bahwa koalisi memiliki kemampuan untuk menghadapi serangan dan mempertahankan fasilitas vital minyak. Dia juga memastikan bahwa hasil investigasi akan diumumkan kepada media setelah selesai.
“Tindakan pengecut ini sebagian besar menargetkan ekonomi global, bukan hanya Arab Saudi,” tekan Al-Maliki.
Serangan hari Sabtu lalu telah menghantam fasilitas minyak Saudi Aramco di Abqaiq dan Hijrat Khurais di Arab Saudi.
Penjelasan Al-Maliki disampaikan satu hari setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS tahu siapa yang berada di balik serangan tersebut tetapi “locked and loaded,” sambil menunggu verifikasi dari Arab Saudi sebelum memutuskan bagaimana untuk menindaklanjutinya.
Sehari sebelumnya, AS mempunyai bukti citra satelit yang menunjukkan 19 titik dampak pada fasilitas minyak.
Serangan ke fasilitas minyak Aramco tersebut berisiko gangguan pada pasokan minyak dunia. SG