Arab Saudi ingin meniru kesuksesan Jerman dalam energi terbarukan dan menjadi pelopor produksi hidrogen, di saat pengekspor minyak terbesar di dunia tersebut berupaya diversifikasi perekonomiannya.

“Kami akan menjadi Jerman lain dalam hal energi terbarukan,” kata Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, Rabu (27/1), dalam panel di Konferensi Future Investment Initiative (FII) di Riyadh.

“Kerajaan bekerja sama dengan banyak negara dalam proyek hidrogen hijau dan biru, untuk menekan emisi karbon,” katanya.

Promo

Versi hijau bahan bakar, yang hanya menghasilkan uap air saat dibakar, dibuat dengan energi terbarukan, biasanya dengan tenaga surya dan angin.

Sementara jenis biru dihasilkan dari gas alam, dengan emisi gas rumah kaca ditangkap sehingga tidak lepas ke atmosfer.

Meskipun hidrogen dipandang penting untuk peralihan dari minyak dan gas ke bahan bakar yang lebih bersih, teknologi untuk membuatnya masih relatif mahal.

Perusahaan energi raksasa milik negara, Saudi Aramco mempelopori upaya memproduksi hidrogen biru secara nasional.

Terkait hidrogen hijau, Air Products & Chemicals Inc. yang berbasis di Pennsylvania dan perusahaan lokal ACWA Power International, sedang membangun pabrik serupa terbesar di Neom di pantai Laut Merah.

Pangeran Abdulaziz mengatakan, Arab Saudi berencana mengubah setengah dari sektor kelistrikannya menjadi gas, sedangkan sisanya akan menggunakan energi terbarukan.

“Saudi berkomitmen mencapai emisi-nol bersih,” katanya, tanpa merinci waktu untuk mencapainya. “Dan mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Kesepakatan Iklim Paris akan membantu ekonomi Saudi menjadi kurang bergantung pada minyak,” imbuhnya.

Arab Saudi telah berupaya meningkatkan produksi energi terbarukan, tetapi belum banyak berhasil.

Sementara Jerman, negara yang tidak terkenal dengan cuaca cerah, telah menjadi salah satu penghasil energi surya terbesar di dunia. [blbg]

Promo