Hampir mustahil membangun Islamic Center di kota Roma, yang didalamnya ada Vatikan, pusat Katolik dunia, sama mustahilnya seperti membangun gereja di Makkah.
Tetapi berkat taufiq dan kemudahan dari Allah, kemudian hadiah bertubi-tubi dari Kerajaan Arab Saudi kepada para Paus dan warga di sana, akhirnya diizinkan membangun Islamic Center di Roma, subhanallah.
Begitulah sekelumit cerita dari salah seorang dosen di Universitas Islam Madinah ketika mengisahkan bagaimana Eternal City Mosque, di pusat katolik Roma, berdiri.
Pendirian Islamic Center di pusat negeri katolik bukan sekejap, tetapi memerlukan proses yang panjang.
Kala itu, sekelompok Duta Besar Arab mengajukan proposal kepada pemerintah Italia lebih dari 40 tahun lalu. Tetapi karena ada penolakan, rencana tersebut baru dapat direalisasikan tahun 1970-an.
Pada tahun 1973, Raja Faisal dari Arab Saudi disambut di Roma. Kunjungan Faisal juga untuk membantu memperbaiki masalah ekonomi dan terkait pembangunan masjid.
Akhirnya, masjid dapat didirikan bersama oleh Pangeran Muhammad Hasan dari Afghanistan dan istrinya saat di pengasingan, dibiayai oleh Raja Faisal dari Arab Saudi.
Perencanaannya memakan waktu lebih dari sepuluh tahun: Dewan Kota Roma memberikan sebidang hutan seluas 7,5 hektar di kaki Monte Antenne pada tanah pada tahun 1974.
Tetapi peletakan batu pertama baru dilakukan pada tahun 1984, di hadapan Presiden Republik Italia Sandro Pertini, yang presmi dibuka pada tanggal 21 Juni 1995.
Desain masjid yang menakjubkan dibangun arsitek Sami Mousawi, seorang arsitek Irak yang bekerja di Inggris, dan dua arsitek Italia, Paolo Portoghesi dan Vittorio Gigliotti.
Negara-negara Muslim dan orang-orang mulai menyumbangkan sekitar $20 juta yang akan dibayarkan masjid setelah kunjungannya.
Jadilah Islamic Cultural Center of Italy Grand Mosque of Rome sebagai masjid terbesar di dunia Barat yang pernah dibangun, dari segi luas tanahnya.
Luasnya mencapai 30.000 m2 dan dapat menampung lebih dari 12.000 orang, di kawasan Acqua Acetosa, di kaki Monti Parioli, sebelah utara kota.
Selain menjadi tempat pertemuan kegiatan keagamaan, tempat ini juga menyediakan layanan budaya dan sosial yang menghubungkan umat Islam secara beragam.
Di sini pula diadakan pengajaran, upacara pernikahan, layanan pemakaman, pameran, konvensi, dan acara penting lainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَهَادُوا تَحَابُّوا
“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai“.[1]
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan bahwa hadiah ini bisa menyebabkan persatuan dan saling cinta, bahkan terkadang memberikan hadiah lebih utama daripada sedekah pada keadaan tertentu.[]