Kabar bahwa orang Arab sangat baik dalam menjamu tamu itu memang benar adanya. Mereka sangat mengistimewakan tamu mereka, meskipun tamu itu belum ia kenal dan tak ada hubungan kekeluargaan.
Mereka bahkan bersedia menjemput manakala kita bersedia memenuhi undanganya.
Setibanya di tempat, yang pasti mereka lakukan pertama kali adalah mengajak bersalaman dan memeluk erat-erat tanda bahagia seperti orang yang sudah lama sekali tidak bertemu.
Berulang-ulang mereka menanyakan kabar dan tak lupa mendoakan kebaikan yang banyak. Mereka pun seolah tak membiarkan suasana hening meski tamu mereka adalah orang yang baru pertama kali dilihatnya.
Dalam menjamu tamu rupanya mereka tak mau sendirian, diundangnya tetangga dan saudara-saudaranya untuk diajak makan bersama. Kalau ada satu orang yang menjamu tamu, bisa jadi akan ada belasan orang yang diundang untuk makan bersama-sama.
Tapi ada satu hal, yang boleh dikatakan kurang pas kalau ditakar dengan timbangan agama, yaitu mereka terbiasa menyediakan berbagai jenis makanan yang tidak akan mungkin bisa dihabiskan oleh semua orang yang diundangnya. Mungkin karena sudah menjadi tradisi.
Tradisi makan orang Arab oleh sebagian orang mungkin dianggap kurang kekinian. Yaitu makanan yang dihidangkan diletakkan dalam satu tempat secara bersama-sama dan tidak harus menggunakan sendok.
Tapi bagi saya itu memberi kesan keakraban yang sangat kuat. Walaupun bagi mereka yang tidak terbiasa makan seperti ini akan merasa canggung dan makanan pun terasa hambar.
Yang paling mencolok perbedaannya dengan umumnya orang Indonesia adalah orang Arab terbiasa memisahkan antara tamu laki-laki dan perempuan.
Tamu pria hanya dijamu oleh tuan rumah pria, jadi semua anak dan saudara-saudaranya yang laki-laki lah yang mondar-mandir mengantarkan minuman dan menawarkan makanan ke satu per satu tamu yang hadir.
Begitupun sebaliknya untuk tamu perempuan, mereka hanya akan dijamu oleh tuan rumah perempuan. Hal ini sudah sangat lumrah bahkan sampai desain pintu rumahnya juga dibedakan antara pintu masuk laki-laki dan perempuan.
Tulisan ini hanya dimaksudkan untuk memberi gambaran sisi lain dari kebiasaan orang Arab, yang perlu kita teladani. Kalau yang baik kita ambil yang buruk jadikan pelajaran.
Ahad, 28 April pukul 00:06
Dari pinggiran provinsi timur Arab Saudi