Republik Syiah Iran sejak 40 tahun lalu hingga akhir tahun lalu masih selalu mengkampanyekan untuk membebaskan seluruh Palestina. Di saat yang sama menuding orang-orang Arab adalah pengkhianat karena menginginkan solusi dua negara; Palestina dan Israel.
Ide Inisiatif Arab yang dicetuskan sejak era Raja Fahd dan Raja Abdullah tersebut, bagi Iran dapat mengarah kepada pembubaran rencana Iran dalam “mengelola dan memelihara” qadhiyah Palestina secara turun-temurun.
Dan pada tahun 2024 ini, Iran mengutarakan hal berbeda dengan mengatakan ingin segera menyelesaikan masalah Palestina. Tetapi, ingin mengakhirinya dengan menggabungkan Palestina dengan Israel dalam satu negara demokrasi.
Pernyataan Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi dalam sebuah wawancara di televisi baru-baru ini merupakan sebuah “skandal” bagi mereka yang menginginkan Iran adalah pihak yang akan membebaskan Palestina secara utuh.
Dan benarlah, kedoknya terkuak, bahwa Iran tidak menginginkan berdirinya negara Palestina, namun mendukung Palestina menjadi satu negara demokrasi yang hidup berdampingan dengan Israel secara damai dan permanen dalam satu negara.
Hal ini merupakan sesuatu yang wajar dalam doktrin Rafidah, yaitu selalu ingin berbeda dengan Ahlu Sunnah dalam hal apapun; baik dalam kewajiban agama seperti haji, puasa, dan shalat, bahkan dalam penamaan bulan-bulan dalam setahun, termasuk juga urusan duniawi, dalam bentuk apa pun.
Bagaimana dengan sikap Arab Saudi selama ini untuk Palestina? Silahkan baca beberapa artikel yang pernah kami ulas di sini: https://saudinesia.id/?s=palestina