Media Ikhwanul Muslimin (IM), termasuk MiddleEastEye (MME), menuduh Syaikh Abdurrahman As-Sudais berbicara tentang normalisasi Arab Saudi dengan Israel.
Tudingan tersebut menyalahtafsirkan Khutbah Jum’at di Masjidil Haram Mekkah, Jum’at (4/9) lalu.
Cukup memeriksa fakta dengan cara yang sederhana, dapat membongkar propaganda jahat tersebut.
Propaganda
Headline terkait Khutbah Jum’at Syaikh Sudais tersebut dibuat untuk menumbuhkan kebencian di antara umat Islam, terhadap Imam Masjidil Haram Makkah.
Judulnya provokatif, di antaranya “Khutbah Mekah Timbulkan Pertanyaan Tentang Kemungkinan normalisasi Saudi dengan Israel.”
Sementara isinya, menggiring, “khutbah oleh Abdulrahman al-Sudais, Imam Masjidil Haram, telah menyebabkan kehebohan di media sosial, ditafsirkan oleh beberapa kalangan sebagai awal normalisasi Saudi dengan Israel.”
Laporan tersebut tidak mengutip pernyataan resmi atau terjemahan resmi apa pun, juga tidak mengutip video khutbah dengan terjemahan yang diverifikasi.
Secara tiba-tiba menipu, dengan menyebutkan, “ditafsirkan oleh beberapa”.
Pertanyaannya, siapakah “beberapa” ini? Di mana “beberapa” ini tinggal? Bagaimana “beberapa” ini menafsirkan khutbah sebagai awal normalisasi Arab Saudi dengan Israel? Apakah “beberapa” ini satu orang atau banyak orang?
Singkatnya, laporan tersebut didasarkan pada kebohongan yang jelas dan motif tersembunyi yang terang, yaitu untuk menyulut sentimen umat Islam bahwa tempat suci Islam di Mekah telah menjadi pusat politik Timur Tengah.
Realita
Abdullah Mohammed al-Harbi, netizen Saudi, memposting foto-foto khutbah tersebut dan menerangkan, “Yang Mulia Syaikh Prof. Dr. Abdul Rahman Al-Sudais dalam Khutbah Jumat berkata:
Masalah Palestina dan penguasaan Masjid Al-Aqsa adalah masalah Islam yang pertama bagi kami, yang tidak boleh dilupakan dalam konflik baru.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Farhan bin Faisal, telah jelas menyatakan bahwa dukungan Arab Saudi untuk perjuangan Palestina dan rakyat Palestina tetap tidak berubah.
Meskipun, ada persetujuan untuk menggunakan wilayah udara Saudi untuk penerbangan ke dan dari Uni Emirat Arab ke seluruh negara dunia.
Pada tanggal 21 Agustus lalu, mantan kepala intelijen Arab Saudi Pangeran Turki bin Faisal Al-Saud, mengatakan bahwa, “Harga Arab Saudi untuk normalisasi hubungan dengan Israel adalah berdirinya negara Palestina yang berdaulat dengan Al-Quds sebagai ibukotanya”.
Arab Peace Initiative (API) tahun 2002 pernah diusulkan oleh Raja Saudi Abdullah, rahimahullah, kepada Israel.
Inisiatif Perdamaian Arab ini, menyatakan bahwa negara-negara Arab siap menormalisasi hubungan dengan Israel.
Syaratnya, Israel harus menarik pasukan dan permukimannya dari semua wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur, yang direbut dalam perang Timur Tengah 1967.
Dan, Al-Quds Timur harus menjadi ibu kota Palestina.
Kesimpulan
Keputusan UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel adalah untuk menghentikan pencaplokan wilayah Palestina di masa akan datang,
Sementara Arab Saudi tegas dengan API-2002 yang menegaskan teritorial Palestina sebelum Juni 1967.
Baik UEA maupun Saudi, memiliki agenda jelas seterang matahari bersinar siang hari bolong.
Namun, propaganda Ikhwanul Muslimin dengan serangan konstan mereka terhadap Arab Saudi dan para Imam Masjidil Haram, memiliki motif yang jahat.
Sangat sulit menciptakan perpecahan antara Muslim di seluruh dunia dan para pemimpin Arab yang pada akhirnya akan menciptakan kebingungan dan kekacauan.
Sehingga, Iran, Turki dan Qatar menaburkan benih kebencian untuk memainkan permainan politik regional mereka.[]
*) Diterjemahkan dari tulisan “FACT-CHECK: Did Makkah Imam speak about Saudi Arabia’s normalization with Israel? oleh Zahack Tanvir.
Berikut kesimpulan dan isi lengkap khutbah Syaikh Sudais yang disalahartikan: