Umrah Ramadan oleh: Tour Saudi Bilboard Dekstop
promo: Tour Saudi Bilboard Dekstop

Isu Muslim Uighur di Cina: Media Menuduh Saudi, Bungkam Untuk Erdogan

Isu Muslim Uighur di Cina: Media Menuduh Saudi, Bungkam Untuk Erdogan

Sejak awal tahun hingga pertengahan tahun ini, media tak henti-hentinya menulis judul berita Arab Saudi mendukung tindakan Cina terhadap muslim Uighur di Xinjiang. Uniknya, tidak ada sumber yang dapat diverifikasi dan menkonfirmasi laporan-laporan berita tersebut, kecuali kesimpulan yang tendensius.

Dampaknya, berita-berita tersebut menggiring orang untuk percaya bahwa Arab Saudi merupakan negara yang anti Islam, mendukung genosida muslim Uighur di Cina. Framing semacam ini, melengkapi stereotype yang yang telah ada selama ini.

Sekedar menyebutkan beberapa media seperti Tirto.id, Republika.co.id, tempo.co atau sindonews, mereka seirama menulis judul:

Umrah Anti Mainstream
Promo
  • “Tanggapan Arab Saudi Soal Kamp Tahanan Muslim Uighur di Cina”
  • “Mengapa Saudi dan Negara Muslim Dukung Cina Soal Uighur?”
  • “Arab Saudi dan Pakistan Bela Cina di Dewan HAM PBB”
  • “Ini Alasan Arab Saudi Bela China soal Kamp Tahanan Muslim”

Perhatikan yang di-highlight dalam judul di atas adalah Arab Saudi. Mengapa pilihan judul menyebutkan Arab Saudi? Padahal, jikapun benar berita tersebut, masih banyak negara besar lain yang lebih signifikan untuk disebut yang konon mendukung Cina.

Berita tentang Saudi mendukung Cina bersumber dari surat yang dikirimkan 37 negara ke Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konon isinya membela Cina terkait isu warga Muslim Uighur. Apakah benar?

Padahal, Duta Besar Arab Saudi untuk PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), Abdallah Al-Mouallimi, menegaskan:

“الخطاب يتحدث عن العمل التنموي للصين. هذا كل ما يتحدث عنه. لا يتناول أي شيء آخر”

“Surat itu berbicara tentang pembangunan di China. Hanya itu yang dbicarakan, tidak membahas hal lain.”

Dia menambahkan:

 “ما من جهة يمكن أن تكون أكثر قلقا بشأن وضع المسلمين في أي مكان بالعالم أكثر من المملكة العربية السعودية”

“Tidak ada yang lebih khawatir tentang kondisi umat Islam di manapun berada di dunia ini, selain Arab Saudi!”

Selanjutnya Abdallah meyakinkan:

Umrah Anti Mainstream
Promo

“ما قلناه في الخطاب هو أننا ندعم السياسات التنموية للصين التي انتشلت الناس من الفقر”.

“Apa yang kami sampaikan dalam surat tersebut adalah bahwa kami mendukung kebijakan pembangunan China yang mengentaskan orang dari kemiskinan.”

Klarifikasi dari Dubes Saudi untuk PBB di atas, oleh semua media diabaikan, dianggap angin lalu. Ini sangat menyedihkan.

Di saat yang sama, media “memuji” langkah Barat mengungkit Hak Asasi Manusia (HAM) di Cina. Apa kabar HAM di negara-negara Barat selama ini? Mereka menyerang Cina, karena isu HAM semata?

Kenyataanya, media lebih senang mengambil sumber dari Telegraph, misalnya, untuk menggiring opini bahwa surat yang ditandatangani 37 negara tersebut mendukung pembangunan di Cina sebagai dukungan genosida minoritas muslim Uighur di Xinjiang. Sangat tendesius!

Isi berita selanjutnya yang menuding Saudi di atas, adalah informasi penderitaan muslim Uighur yang hidup di kamp konsentrasi. Informasi ini dikaitkan dengan “surat yang mendukung tindakan Cina atas persoalan Xinjiang.” Begitulah framing media.

Yang lebih memalukan, media mengutip pernyataan Putra Mahkota, MBS (Muhammad bin Salman), yang sifatnya umum, tetapi dikhususkan dan diarahkan kepada muslim minoritas di Cina. Mereka menuduh MBS telah membela genosida terhadap kaum Uighur.

BACA: Fitnah Media Atas Arab Saudi yang Mendukung Genosida Muslim Uighur Cina

Kebanyakan media juga tidak fair. Mereka menukil sumber dan mencari afirmasi dari lawan politik Saudi terkait isu Cina, tetapi tidak ada cover both side, menggali konfirmasi dari yang tertuduh. Hatta, cuitan di twitter yang tendesius menyerang Saudi pun dikutip. Sungguh menggelikan.

Mengapa Media Tidak Menulis Sikap Berbalik Erdorgan?

Media bungkam terhadap sikap mendua “new friends” atau “saudara kecil” Turki. Pasalnya, awalnya Kementerian Luar Negeri Turki menyebutkan tindakan Cina atas muslim Uighur adalah “a great shame on humanity.”

Tetapi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpendapat berbeda. Erdogan mengatakan kepada kepada Presiden Cina, Xi Jinping, bahwa minoritas Muslim Uighur hidup bahagia di provinsi Xinjiang.

Sikap Edorgan tersebut disampaikan setelah Turki menerima bantuan keuangan dari Cina, termasuk pembelian beberapa obligasi berdenominasi yuan, sebagaimana yang dilansir Kantor Berita Cina, Xinhua News Agency.

Erdogan juga menyatakan “Turki tetap berkomitmen pada kebijakan satu-China,” sebagaimana yang dikutip Xinhua. Dia menekankan, “Keadaan penduduk dari berbagai etnis, hidup bahagia di Daerah Otonomi Xinjiang. Ini karena kemakmuran yang diciptakan oleh China adalah fakta. Dan Turki tidak akan izinkan siapa pun memutus hubungan eratnya dengan Cina.”

Xinhua menambahkan bahwa Erdogan “menyatakan keinginannya untuk memperkuat hubungan yang kuat dalam politik dan kerja sama keamanan dengan China untuk melawan ekstremisme.”

Begitulah, ketika media berpihak secara agama, politik dan pandangan hidup, maka opini dipaksakan menjadi fakta dan kenyataan dikaburkan.[jll]