Share the Ideas oleh: Share the Ideas
promo: Share the Ideas

Hamas: Loyalitas dan Disloyalitas

Hamas: Loyalitas dan Disloyalitas

Meningkatnya eskalasi di Palestina, memunculkan perdebatan lama terkait Hamas, Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah (Gerakan Perlawanan Islam).

Beberapa ulama dengan tegas menyatakan bahwa Hamas bukan sebagai harakah islamiyah. Di antaranya Syaikh Al-Albani yang mengatakan “Harakah Hamas bukan Harakah Islamiyah, engkau suka atau tidak.”

Bahkan lebih tegas lagi, Syaikh Ruslan mengatakan: “Hamas mengusung pasukannya untuk menyerang Mesir, Hamas itu buatan Yahudi, Hamas itu Rafidhah.”

Umrah Mandiri
Promo

Pendapat di atas, selain pendapat lain yang senada, ditolak tegas oleh pendukung Hamas, sebagaimana yang telah beredar di media sosial akhir-akhir ini.

Pendapat yang menentangnya memastikan Hamas adalah kelompok pembebasan Palestina Sunni, berasal dan dicintai rakyat Palestina, selain dianggap satu-satunya yang terdepan melawan Yahudi Israel.

Di saat yang sama, beredar foto dan rekaman video petinggi Hamas dari dulu hingga sekarang sangat akrab menjalin hubungan dengan Syiah Iran.

Permasalahannya, bukan sekedar bantuan senjata Syiah Iran untuk Hamas, tetapi sikap berkasih sayang, pengakuan berlebihan petinggi Hamas terhadap musuh Ahlu Sunnah, terkait akidah.

Di antaranya, pengakuan petinggi Hamas, Khaleed Meshaal yang menyatakan: “Hamas adalah anak spiritual Imam Khomeini.” Menyematkan pembantai kaum muslimin di Suriah dan Irak, Sulaimani, sebagai “syahid al-Quds,” dan seterusnya.

Yang lebih mengherankan lagi, bagaimana seorang yang dianggap Ahlu Sunnah bertarahum dan berbaiat berjuang di jalan kelompoknya. Sebagaimana video yang tersebar luas:

Loyalitas dan Disloyalitas
Syaikh Shalih Al-Fauzân hafizhahullâhu menjelaskan dalam risalah beliau Al-Walâ wa Al-Barô (Loyalitas dan Disloyalitas):

Manusia, dalam permasalahan al-walâ dan al-barô terbagi menjadi 3 kelompok:

Pertama, orang-orang yang dicintai dengan cinta yang murni tanpa ada permusuhan yang menyertai kecintaan tersebut. Mereka adalah kaum mukminin yang murni keimanan mereka dari kalangan para nabi, para shiddiqîn, para syuhada’ dan para sholihin.

Umrah Anti Mainstream
Promo

Kedua, Orang-orang yang dibenci dan dimusuhi dengan kebencian dan permusuhan yang murni, tanpa disertai kecintaan dan loyalitas. Mereka adalah orang-orang kafir murni, dari kalangan kafirin, musyrikin, munafiqin, orang-orang murtad, para atheis, dengan berbagai model mereka.

Ketiga, orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi yang lain. Maka terkumpul padanya kecintaan dan permusuhan, mereka itu adalah para pelaku maksiat dari kaum mukminin. Mereka dicintai karena keimanan yang ada pada mereka, dan mereka dibenci karena kemaksiatan mereka yang di bawah kekufuran dan kesyirikan…

Akan tetapi mereka tidak dibenci dengan kebencian murni dan ber-baro’ dari mereka sebagaimana yang dikatakan oleh Khawarij tentang pelaku dosa besar yang di bawah kesyirikan…” (Al-Walâ wa Al-Barô hal. 12-14).

Posisi Syiah Iran
Tidak diragukan lagi, Iran adalah aktor yang berperan merusak stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan, utamanya di negara-negara Arab Timur Tengah.

Hal ini tidak bisa dilepaskan dari faktor sejarah, Syiah bukanlah kelompok kemarin sore yang hadir di lingkungan umat Islam, kelompok ini memiliki sejarah yang panjang. Cikal bakal pemikiran ini muncul di akhir pemerintahan Khalifah al-Rasyid, Utsman bin Affan.

BACA: Sejarah Pengkhianatan Syiah
BACA: Kekejaman Kaum Syi’ah Terhadap Ahlu Sunnah

Di era modern, permusuhan Syiah kembali mencuat terhadap Ahlu Sunnah, setelah berhasilnya revolusi di Iran, tahun 1979.

Ahlussunnah di Teheran yang lebih dari satu juta jiwa di sana, tidak diperkenankan memiliki masjid. Sedangkan Yahudi yang jumlahnya sekitar 25 ribu orang saja memiliki 76 sinagog di seluruh Iran (Baca: REVOLUSI IRAN).

Jadi, sangat mengherankan jika ada sebuah kelompok yang diakui sebagai Sunni, Ahlu Sunnah, tetapi bersabahat, berkasih sayang, menganggap bagian dari musuhnya sendiri.

Di mana Al-Walâ wa Al-Barô Hamas? Sekali lagi, ini bukan terkait bantuan senjata, karena banyak negara yang melakukan kerja sama serupa, tetapi tidak sampai menggadaikan akidahnya.[]