Umrah Ramadan oleh: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop
promo: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop

Benarkah Saudi Mengizinkan Pasangan Tanpa Ikatan Suami Istri Menginap di Hotel?

Benarkah Saudi Mengizinkan Pasangan Tanpa Ikatan Suami Istri Menginap di Hotel?

Berita tentang perubahan izin terkait hak wanita menginap di hotel menjadi headline di beberapa media elektronik dua hari terakhir ini.

Seperti biasa, Al-Jazera, BBC hingga media di Indonesia seperti Tribun, turut mengangkat isu dalam negeri Arab Saudi.

Sayangnya, berita yang seharusnya berjudul “Kini Wanita di Saudi Diperkenankan Menginap di Hotel Tanpa Mahram,” menjadi “Saudi Izinkan Pasangan Belum Menikah Menginap Satu Kamar.” (Tribun [7  Oktober 2019], Al JAzeera [6 Oktober 2019], BBC [5 Oktober 2019]).

Promo

Secara eksplisit, jelas berbeda antara “menginap tanpa mahram” dengan “pasangan belum menikah menginap satu kamar.”

Dengan mengangkat judul yang sama, seperti biasa, media dunia ramai mem-blow up-nya, padahal tidak ada satupun berita lokal di Arab Saudi yang senada.

Anehnya lagi, media seperti BBC, di awal laporan beritanya menggiring opini tentang kebebasan menyewa kamar hotel meski bukan dengan mahram, tetapi di paragraf berikutnya mengutip pernyataan yang berbeda dari Saudi Commission for Tourism and National Heritage.

Ketua Komisi Umum untuk Pariwisata dan Warisan Nasional, Ahmed Al-Khatib sebenarnya menyatakan bahwa hotel atau tempat penginapan lainnya mulai sekarang tidak diperkenankan melarang wanita yang ingin menginap tanpa didampingi mahram.

Syaratnya, harus membawa identitas diri yang asli, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) untuk warga Saudi atau iqomah bagi warga asing (ekspatriat).

Pihak hotel atau penginapan berhak menolak jika yang dibawa bukan kartu identitas asli kecuali jika mereka ditemani oleh saudara kerabat sebagai mahram.

Seluruh berita dalam negeri Saudi seperti Okaz, Ajel, Akhbar24 dan sebagainya tidak satupun yang mengabarkan bolehnya “pasangan belum menikah menginap satu kamar” seperti yang dihembuskan media luar Saudi.

Pembelokkan (tahrif) isi berita semacam ini  tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak media untuk mencitrakan Saudi dengan yang diinginkan. Seperti juga media asal Qatar, Al Jazeera, di edisi bahasa Arabnya untuk konsumsi warga Arab ingin menggambarkan Saudi sebagai negara sekuler-liberal, tetapi di waktu yang sama membesar-besarkan berita radikalisme di versi english-nya.

Allahu ‘alam. JLL

Promo