Serangan berita hoax, informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya kembali dilancarkan media-media Barat (baca: kafir).
Seketika media mainstream di Tanah Air menyambutnya dengan menerjemahkannya, tanpa bersusah payah memastikan keabsahan berita tersebut, seperti cover both sides dan etika jurnalistik lainnya diabaikan.
Ironisnya, sebagian warganet dari kaum muslimin juga ikut berpartisipasi menviralkan kedustaan. Mereka yang bermudah-mudah menyebarkan berita bohong ini, termasuk kalangan terdidik tetapi kehilangan nalar kritis mengosumsi berita, demi untuk menyerang Arab Saudi.
Sudah menjadi maklum, bahwa Kerajaan Arab Saudi menjadi target (bilad mustahdaf) dari musuh-musuhnya. Para raja, pangeran, ulama maupun rakyatnya sadar bahwa mereka selalu diserang dengan berita manipulatif, fabrikasi, dan sejenisnya.
- Rekaman panjang berita hoax Arab Saudi dapat dibaca di liputan Saudinesia sebelumnya.
- Dari Masa ke Masa: Cara Raja dan Pangeran Saudi Jawab Tuduhan, Caci Maki dan Hoax
- Peringatan Syaikh Shalih Alu-Fauzan Tentang Hasad atas Nikmat Keamanan dan Stabilitas Negara
- Khaled Al-Faisal: Arab Saudi Satu-satunya Negara yang Disepakati dan Dilawan oleh Timur dan Barat
Kali ini yang disebarluaskan adalah klaim media Amerika Serikat bahwa Pangeran Muhammad bin Salman (ditulis di media dengan nama “Prince Salman”) dituding tidak peduli dengan nasib rakyat Palestina, tetapi lebih memikirkan negaranya sendiri.
Berita ini bertentangan dengan penjelasan langsung dari Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman dalam pidato kerajaan tahunan saat membuka pekerjaan tahun pertama sesi kesembilan Dewan Syura (Rabu, 18 September 2024).
Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan juga kembali mengingatkan tentang perjuangan Arab Saudi yang tidak pernah berhenti untuk Palestina merdeka menjadi negara berdaulat dengan ibukota al-Quds.
Tetapi kaum yang tidak pernah ridha tidak akan pernah berhenti juga menyebarluaskan kedustaan untuk memecah belah dan mengadu domba kaum muslimin. Dan sebagian netizen yang telah terlanjur tertanam ketidaksukaannya terhadap Arab Saudi turut andil, seperti postingan di bawah ini:
Saud Salman Al-Dossary, pengamat politik, sejarah dan budaya dari Arab Saudi, merespon dalam cuitan di akun X-nya:
“Namanya Pangeran Muhammad, bukan Salman. Dia tidak mengatakan hal itu, namun sebuah publikasi di Amerika mengklaim bahwa dia mengatakan hal tersebut. Doa untuk rakyat Palestina dilakukan di puluhan ribu masjid. Menyerukan slogan-slogan untuk negara manapun memang dilarang (di mimbar masjid). Semua ini bukan berita.”
Beberapa kalangan menilai bahwa disebarluaskan berita dusta ketidakpeduliaan Pangeran Muhammad bin Salman ini untuk mengalihkan fakta yang sebenarnya terjadi di Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York minggu lalu.
Di antara peristiwa penting yang terjadi dalam ruang sidang PBB Tersebut adalah aksi walk out mayoritas negara anggota PBB saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan menyampaikan pidato. Arab Saudi dan Indonesia di antara puluhan negara yang delegasinya keluar dari ruang sidang saat pemimpin negara penjajah Palestina tersebut naik ke atas mimbar.
Pada kesempatan di New York tersebut, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan juga menyampaikan pembentukan koalisi negara-negara dunia untuk memperjuangkan Palestina agar menjadi negara yang merdeka dan berdaulat.[]