Juru bicara pasukan Koalisi Arab, Rabu (20/12), Kolonel Turki bin Saleh al-Maliki, mengatakan bahwa sejauh ini Houtsi telah meluncurkan 83 rudal balistik untuk menyerang Arab Saudi.
Dia mengatakan bahwa selama itu pula, pastukan koalisi berhasil menggagalkan semua serangan rudal balistik tersebut, termasuk yang terbaru ditargetkan ke ibukota Riyadh, pada Selasa (19/12).
Dalam sebuah konferensi pers di Pangkalan Udara Raja Salman, al-Maliki menyatakan bahwa koalisi Arab tetap solid mendukung Arab Saudi melawan serangan rudal tersebut. Sementara kodisi terkini di Yaman, al-Maliki menyatakan bahwa pemerintah yang sah saat ini telah menguasai 85 persen wilayah Yaman.
Selain membebaskan wilayah Yaman dari ancaman houtsi, pasukan koalisi terus melanjutkan upaya untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Yaman, meskipun serangan roket terus diluncurkan mengancam Arab Saudi.
Al-Maliki juga menekankan intervensi Iran merupakan hal yang serius perlu ditangani. Untuk itu, operasi yang dilakukan koalisi akan benar-benar membebaskan Yaman dari Houtsi. Sebanyak 11.000 anggota milisi Houthi tewas terbunuh dalam beberapa waktu terakhir ini.
Jubir Pasukan Koalisi juga menjelaskan sebuah gambar yang menunjukkan upaya koalisi menghancurkan lokasi produksi rudal di kota Saada, Yaman, serta pemboman sebuah markas milisi Houthi di kota tersebut.
Saudi dan Kekuatan Militernya
Arab Saudi sebenarnya memiliki rudal balistik yang jauh lebih canggih dari yang dimiliki Houtsi. Beberapa kalangan menilai, jika Saudi berniat untuk membalas serangan rudal balistik akhir-akhir ini, ada kekuatiran dampak menjadi lebih besar.
Abu Zakariya Sutrisno, kandidat Doktor sekaligus peneliti di King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia, menilai, “Saudi kelihatannya lebih memilih untuk “menyimpan” rudal balistiknya.” Dia menambahkan, “Banyak pertimbangan (menyimpan rudal tersebut, red) karena bisa saja menyebabkan banyak jatuh korban warga sipil.”
Arab Saudi telah memiliki rudal balistik sejak tahun 1987. Baru ditunjukkan kepada publik pertama kali saat parade militer Saudi tahun 2014 (lihat videonya di sini). Budget militer Saudi sangat besar, sekitar 80 milyar US Dollar (hampir 10 kali budget militer Indonesia), sehingga alat-alat militer yang dimiliki tergolong cukup canggih dan maju.
Pasukan perang Saudi selain terdiri dari angkatan darat, laut dan udara, juga memiliki angkatan khusus untuk pertahanan udara (Royal Saudi Air Defense) dan tentara rudal strategis (Royal Saudi Strategic Missile Force).
Jumlah personel Royal Saudi Strategic Missile Force sekitar 40.000 ribu personel, hampir menyamai personel angkatan udaranya.
Senjata utama Royal Saudi Strategic Missile Force adalah rudal balistik buatan China, DongFeng 3 (DF-3). Rudal ini secara teknis mampu menjangkau sampai 4000 KM, cukup untuk menjangkau Eropa, lebih dari jarak ke Iran.
Dikabarkan Saudi juga meng-upgrade rudal balistiknya dengan yang lebih canggih dan portable, seperti DF-21, buatan China. (sumber: al-Arabiyah, Abu Zakariya)