Harga minyak naik pada hari Senin (8/11), didorong oleh pengumuman Arab Saudi yang menaikkan harga jual resmi minyak mentahnya. Sementara pasar menunggu kemungkinan Amerika Serikat menggunakan cadangan minyak strategisnya untuk menenangkan pasar, setelah OPEC+ menolak permintaan Presiden Joe Biden untuk meningkatkan persediaan lebih cepat.
Tren Harga
Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember naik 1,2% menjadi $82,27 perbarel di New York Mercantile Exchange pada 11:38 waktu Singapura.
Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 1,2% menjadi $83,72 perbarel di ICE Futures Europe exchange.
Krisis Energi Terus Berlanjut
Vandana Hari, pendiri Vanda Insights di Singapura, mengatakan aksi penjualan di pasar minyak mentah setelah data persediaan AS Rabu lalu agak berlebihan.
Dia menambahkan, “Sejak OPEC+ belum menyerah pada tekanan AS sejauh ini dan belum ada pelepasan cadangan strategis AS, krisis energi kembali mengemuka lagi.”
Saudi Aramco, produsen minyak terbesar dunia, menaikkan harga jual resmi untuk bulan Desember kepada pembeli minyak mentah Arab Light di Asia menjadi $2,70 perbarel di atas rata-rata Oman/Dubai, naik $1,40 dari bulan ini.
Langkah Aramco menunjukkan bahwa “permintaan tetap kuat,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters, karena produsen OPEC dan eksportir minyak utama lainnya terus membatasi pasokan.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, dalam kerangka kelompok OPEC+, sepakat pekan lalu untuk tetap pada rencana mereka untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 400.000 barel perhari mulai Desember.
Presiden AS Joe Biden telah meminta OPEC+ untuk memproduksi lebih banyak minyak untuk menahan kenaikan harga, dan mengatakan pada hari Sabtu (6/11) bahwa pemerintahannya memiliki “alat lain” untuk menangani kenaikan harga minyak mentah.[]
Sumber: asharqbusiness