Fasilitas pengelolaan limbah dibangun untuk memastikan tidak ada bahan konstruksi yang digunakan dalam “Proyek Laut Merah Arab Saudi” dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Perusahaan daur ulang dan limbah internasional Averda, telah dipilih untuk menfokuskan produk daur ulang, guna mencapai target pengembang, The Red Sea Development Company, yaitu “nol limbah ke tempat pembuangan”.
Fase pertama dari Giga Project ini adalah pembangunan 16 hotel mewah di lima pulau dan dua resor, yang akan menyediakan lebih dari 3.000 kamar hotel.
Proyek pariwisata juga mencakup bandara internasional baru, pelabuhan khusus kapal pesiar, fasilitas rekreasi, serta logistik pendukung dan infrastruktur utilitas, termasuk jalan baru sepanjang 80 KM lebih.
Semua bentuk limbah yang dihasilkan dari pembangunan ini telah dipertimbangkan dalam desain sistem limbah, kata Averda.
Berton-ton puing, batu, dan beton yang dihasilkan dari konstruksi fondasi, bangunan, dan infrastruktur diurutkan dan diolah dengan mesin khusus yang mengubahnya menjadi partikel yang lebih kecil.
Kemudian digunakan kembali untuk tujuan lain, seperti agregat untuk membangun jalan.
Tempat sampah daur ulang khusus juga disediakan di seluruh kompleks dengan menyiapkan tenaga kerja untuk memilah sampah; gelas, plastik, kaleng dan kertas yang dapat didaur ulang dikumpulkan secara terpisah.
Bahan-bahan ini kemudian diperiksa lagi sebelum diikat dan dipindahkan ke pendaur ulang untuk dijadikan produk baru, jelas Averda.
Makanan dan sampah organik akan diubah menjadi kompos, dengan menyediakan bahan kaya nutrisi untuk pembibitan lanskap seluas jutaan meter persegi yang dibangun untuk proyek yang diselesaikan tahun lalu tersebut.
Fasilitas ini pada akhirnya akan menyediakan lebih dari 15 juta tanaman yang dibutuhkan untuk seluruh lahan.
Hanya sebagian kecil dari bahan yang tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat dibuat kompos yang tersisa setelah proses ini.
Untuk menghindari sampah ke tempat pembuangan akhir, sisa limbah ini dibakar di fasilitas khusus yang peka terhadap lingkungan dan partikel, sekaligus karbon yang dihasilkannya ditangkap. Abu yang dihasilkan digunakan untuk pembuatan batu bata.
CEO Averda, Malek Sukkar mengatakan, “kita berbicara tentang pengelolaan limbah, tetapi di sini, tidak ada yang terbuang sia-sia.
Hematnya, bisa jadi tidak ada sampah ke tempat pembuangan, terutama di negara berkembang, di saat ada perkembangan baru, tidak memiliki tradisi mengubahalihkan sampah.
Kami perlu melakukannya ini, karena kami sedang membangun sesuatu yang berbeda, sesuatu yang akan menjadi panduan dan tolok ukur untuk pembangunan di masa depan di Arab Saudi dan sekitarnya.
Komitmen yang dibuat dan janji yang disampaikan; kami di Averda sangat bangga menjadi bagian darinya.”
Ian Williamson, kepala projects delivery officer of The Red Sea Development Company (TRSDC), menambahkan:
“Terlepas dari tantangan Covid-19, tidak ada alasan dan proyek ini harus selesai tepat waktu dan sesuai anggaran.
Averda telah terbukti menjadi mitra yang dapat diandalkan dalam proyek kami, merancang dan memberikan apa yang dibutuhkan TRSDC untuk memenuhi komitmen keberlanjutan kami.”
“Dalam 40 tahun karir saya, ini pertama kalinya saya melihat fasilitas sebesar ini dibangun pada awal konstruksi.
Fasilitas tersebut memungkinkan kami memfasilitasi pemilahan limbah di setiap lokasi konstruksi di seluruh pengembangan, diikuti oleh pengumpulan dan kemudian pembuangan kembali dan daur ulang limbah oleh tim Averda.
Aset pengelolaan limbah ini menciptakan tolok ukur baru untuk proyek pembangunan berskala besar di kawasan Teluk dan secara global.”
Berkantor pusat di Dubai, Averda saat ini beroperasi di delapan negara, melayani lebih dari 10 ribu klien di 34 kota yang didukung oleh lebih dari 14 ribu karyawan.[]
Sumber: arabianbusiness