Suatu ketika sebelum pandemik, saya pergi ke bank di Jeddah untuk mencairkan cek yang diterima sebagai penguji tesis PhD beberapa kampus di India.
Cek dari India ini dikeluarkan oleh Citibank, sehingga saya pun mencari bank yang mempunyai relasi dengan Citibank atau bank lain dari USA.
Dapatlah nama SAMBA Bank, dulu merupakan nama pendek dari The Saudi American Bank. Konon SAMBA dirintis oleh Citibank untuk menempatkan perwakilan di Arab Saudi.
Singkat cerita, saya masuk ke kantor cabang SAMBA di Jeddah. Setelah menunggu antrian, berjumpalah dengan salah satu Customer Service (CS).
Kemudian menyampaikan tujuan untuk mencairkan cek USD ke dalam Saudi Riyal. Begini potongan percakapan dengan CS.
Saya: “Apakah betul SAMBA sebagian sahamnya milik Citibank?”
CS: “Dulu pada mulanya memang begitu.” Dengan penuh percaya diri CS melanjutkan bicaranya.
CS: “Tetapi awal tahun 2000 an, kepemilikan sudah diambil alih semua oleh Arab Saudi. Sudah tidak ada kaitan dengan Citibank.”
Saya tertegun mendengar jawaban CS tersebut. Kemudian dia menyampaikan bahwa cek ini bisa dicairkan tapi perlu waktu lama sampai 4 minggu. Saya urungkan niat menukar cek.
Penasaran mencari maklumat terkait kepemilikan bank di Arab Saudi. Ternyata bukan hanya SAMBA yang diambilalih (diakuisisi) oleh Arab Saudi.
Tetapi juga beberapa perusahaan (bank) lain seperti Saudi British Bank (SABB), Saudi Hollandi Bank (berubah menjadi Alawwal Bank, lalu diakuisisi oleh SABB), dan bahkan Aramco (awalnya singkatan Arabian American Oil Company) yang kemudian berubah menjadi Saudi Aramco.
Ini merupakan bagian dari program Nasionalisasi atau istilah yang digunakan sekarang Saudisasi.
Masih terngiang jawaban penuh percaya diri dari seorang warga negara, dengan bangga menceritakan bahwa negara telah mengambil alih kepemilikan asing dimana dia bekerja.
Pikiran melayang ke Tanah Air. Mengapa yang terjadi sebaliknya.
Ketika pulang kampung, justru banyak melihat bank asing yang mengakuisisi bank lokal dan dilabel nama asing.
Tidak perlu saya sebutkan, tapi jumlahnya banyak. Bahkan bank-bank dari negara tetangga menjamur di berbagai daerah.
Belum lagi perusahaan strategis yang dijual sahamnya ke negara lain. Makin rumit dengan asal tunjuk komisaris yang justru menjadi beban perusahaan dan akhirnya menjadi beban negara.
Ya Allah, berikanlah hidayah dan petunjuk kepada para pemimpin kami. Aamiin.
#catatan_dari_kampus_tepian_laut_merah
*) Dari FB Anton Satria Prabuwono, Profesor dir King Abdulaziz University, Arab Saudi.