Di salah satu kawasan tertua Makkah, di sebuah jalan yang berujung ke pemakaman Ma’la, berdiri masjid yang terkenal dengan nama Masjid Jin. Masjid ini telah menyaksikan peristiwa‑peristiwa luar biasa dan mukjizat besar bagi Nabi ﷺ. Di tempat inilah terjadi pertemuan bersejarah antara Rasulullah dan sekelompok jin yang mendengarkan bacaan beliau lalu beriman.
Kisah di Balik Masjid Jin
Setelah Nabi ﷺ mengalami penderitaan berat dari kaumnya, yang mana mereka mendustakan, memerangi, membenci, menyiksa para sahabat, bahkan ada yang menaruh duri di jalan—beliau memutuskan pergi ke Thaif dengan harapan ada yang membenarkan risalahnya. Akan tetapi hasilnya tidak berbeda: mereka mendustakan beliau dan mengirim anak‑anak serta orang‑orang tidak waras untuk melemparinya dengan batu.
Nabi pun memilih kembali ke Makkah dan melanjutkan dakwah. Dalam perjalanan pulang, kesedihan dan keletihan menggelayuti hati beliau karena kaum Quraisy dan penduduk Thaif menolak dakwah. Banyak pertanyaan berputar di benak; kemudian Allah menurunkan rahmat‑Nya.
Malaikat penjaga gunung datang menawarkan untuk meremukkan mereka antara dua gunung, tetapi Nabi menolak dengan kasih sayang. Lalu Jibril datang membawa wahyu yang menenteramkan hati. Di sebuah lembah bernama Wadi Nakhlah, Nabi berhenti untuk shalat. Shalat ini disaksikan Allah, malaikat, dan sekelompok jin. Sebuah momen langka yang terukir dalam sejarah.
Rahmat Allah dalam Kesedihan Nabi ﷺ
Nabi membaca Al‑Qur’an dengan suara lantang. Sejumlah jin yang sedang mengembara mendengar kalam agung itu. Mereka mencari sumber suara hingga menemukan seorang lelaki mulia yang berdiri melantunkan ayat‑ayat menakjubkan. Mereka berkumpul di sekelilingnya, mendengarkan dengan takjub. Sejak Rasulullah diutus, berita langit bagi jin pun terputus.
Dahulu mereka biasa naik bertumpuk untuk mendengar berita langit lalu menyampaikannya kepada para dukun. Namun setelah kenabian, mereka tidak lagi mendapat kabar sehingga berkelana mencari sebabnya, sampai akhirnya mereka mendengar bacaan Rasulullah. Pemimpin mereka dengan santun berkata, “Harap diam, dan dengarkan!” dan mereka pun menyimak.
Usai shalat, jin‑jin itu berpencar lalu kembali ke kaumnya di wilayah Nushibin, Yaman, untuk memperingatkan dan menyampaikan apa yang mereka dengar. Momen ini sebagaimana yang Allah abadikan dalam Al Qur’an.
Jumlah jin yang hadir berkisar sembilan atau sedikit lebih. Mereka beriman kepada Al‑Qur’an kemudian ingin mempelajari Islam untuk diajarkan kepada kaumnya. Salah seorang jin mendatangi Nabi ﷺ malam‑malam untuk memberi tahu bahwa kaumnya menunggu belajar agama. Nabi lalu berangkat malam itu juga.
Dalam beberapa riwayat, Abdullah bin Mas’ud menyertainya, meski sebagian ulama melemahkan riwayat tersebut. Ketika sampai di tempat pertemuan, Nabi membuat garis di tanah untuk Ibnu Mas’ud dan berkata, “Jika engkau melampaui garis ini, engkau tidak akan melihatku dan aku tidak akan melihatmu sampai Hari Kiamat.”
Keimanan dan Baiat Jin kepada Rasulullah ﷺ
Nabi kemudian pergi menemui para jin; kegelapan menyelimuti, terdengar suara‑suara seperti burung nazar, dan ada riwayat tentang bunyi rebana. Beliau mengetukkan tongkat ke tanah sambil berkata, “Duduklah!” lalu mengajarkan mereka agama, menjelaskan Islam, dan shalat Subuh bersama mereka. Setelah shalat, dua jin datang bertanya tentang makanan. Nabi membolehkan mereka memakan tulang belulang, kotoran, dan najis sebagai makanan bagi binatang mereka.
Dalam hadis Ibnu Mas’ud, Nabi bertanya setelah Subuh, “Apakah engkau melihat sesuatu?” Maksudnya, apa yang engkau saksikan tadi malam? Ibnu Mas’ud menjawab, “Aku melihat orang‑orang berkulit hitam yang berselimut pakaian putih,” kemudian melihat mereka terbang tetapi tidak bisa mengenali wajahnya.
Jin‑jin ini juga dianggap sebagai sahabat Nabi. Nama sebagian dari mereka tercatat dalam buku sejarah dan hadis, seperti Hāshir, Syāshir, ‘Atsim, Laḥqam, dan Al Arqam. Pemimpin mereka bernama Zawba‘ah, dialah yang berbicara dengan Nabi ﷺ. Semoga Allah meridhai mereka.
Mereka berbaiat kepada Nabi ﷺ lalu memeluk Islam. Tempat tersebut kini dikenal sebagai Masjid Jin—di sanalah Rasulullah ﷺ mengajarkan Islam kepada para jin, mereka membaiat beliau, dan beliau salat bersama mereka.
Mengenai waktu pembangunannya, terdapat perbedaan pendapat. Beberapa sejarawan menyebut bahwa pembangunan masjid terjadi pada masa Khalifah Utsman bin Affan. Ada pula yang menyatakan pada abad ketiga hijriah.
Refrensi:
– Shahih Muslim
– Musnad Imam Ahmad
– Al Bidayah wa An Nihayah
– Thabaqat karya Ibnu Sa‘d
Sumber: X/x3li9