Share the Ideas oleh: Share the Ideas
promo: Share the Ideas

Dubes RI untuk Arab Saudi: Dinamika Ramadan di Arab Saudi dan Indonesia

Dubes RI untuk Arab Saudi: Dinamika Ramadan di Arab Saudi dan Indonesia

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن والاه

Amma ba’du,

Hadirin rahimakumullah,

Umrah Mandiri
Promo

Saya, Dr. Abdul Aziz Ahmad, M.A., Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, dengan penuh kebahagiaan menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan kepada jamaah Mardliyyah Islamic Center UGM serta kepada seluruh masyarakat Muslim di Indonesia.

Kesempatan ini diberikan kepada saya dalam acara Kalam Sahur edisi 8 Maret 2025, yang diselenggarakan di Masjid Mardliyyah Islamic Center UGM dan ditayangkan di kanal YouTube KBRI Riyadh pada 11 Maret 2025. Acara ini menjadi wadah penting dalam menyambut Ramadan dengan penuh hikmah dan wawasan, terutama dalam memahami bagaimana Ramadan dirayakan di Arab Saudi dan bagaimana perbedaannya dengan Indonesia.

Di berbagai negara Islam, Ramadan disambut dengan suka cita. Bahkan, sejak bulan Rajab dan Sya’ban, umat Islam mulai mempersiapkan diri dengan meningkatkan ibadah dan doa. Tradisi ini tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga di negara-negara Islam lainnya, termasuk Arab Saudi.

Saya ingin menyampaikan dinamika Ramadan di Arab Saudi dari dua perspektif utama, yaitu keagamaan dan sosial.

Di Arab Saudi, suasana Ramadan sangat khusyuk. Semua orang menyambut bulan ini dengan semangat tinggi, baik dengan memperbanyak ibadah di masjid maupun di rumah.

Salah satu kebiasaan yang mencolok adalah menghidupkan malam Ramadan, tidak hanya dengan salat dan tadarus Al-Qur’an, tetapi juga dengan berkumpul di restoran atau kafe hingga menjelang subuh. Untuk mendukung pola ibadah ini, pemerintah Arab Saudi menerapkan jam kerja yang fleksibel, umumnya mulai pukul 10.00 hingga 15.00.

Selain itu, kebijakan pemerintah juga memundurkan waktu salat Isya sekitar satu jam untuk memberikan kesempatan berbuka dengan lebih leluasa.

Dalam hal tarawih, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi selama ini melaksanakan salat tarawih 20 rakaat dan witir 3 rakaat. Namun, di masjid lain, jumlah rakaat bervariasi antara 8 hingga 10 rakaat tarawih, ditambah 3 rakaat witir. Tahun ini, pemerintah menetapkan kebijakan penyeragaman tarawih 10 rakaat ditambah 3 rakaat witir, kecuali di dua masjid suci.

Di Saudi, meskipun rakaat tarawih lebih sedikit, bacaan Al-Qur’annya lebih panjang. Setiap malam, imam membaca 1 hingga 1,5 juz, sehingga pada malam ke-25 Ramadan, Al-Qur’an dapat dikhatamkan.

Umrah Anti Mainstream
Promo

Pada 10 malam terakhir, salat witir dilakukan lebih larut, mendekati waktu sahur. Ini dilakukan agar lebih optimal dalam meraih malam Lailatul Qadar.

Secara sosial, Ramadan di Arab Saudi memiliki beberapa kebiasaan unik. Salah satunya adalah sahur bersama (sahur jama’i). Kedutaan Besar Indonesia sering diundang untuk bersahur, baik oleh masyarakat lokal maupun kedutaan negara-negara sahabat.

Selain itu, berbuka puasa bersama adalah tradisi yang sangat populer. Tidak hanya dilakukan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, tetapi juga di berbagai masjid lain di Riyadh dan kota-kota besar lainnya. Bahkan, restoran-restoran menyediakan paket berbuka puasa yang dapat dibeli dan didonasikan kepada orang lain.

Menjelang Ramadan, masyarakat Saudi juga berbondong-bondong berbelanja kebutuhan Ramadan. Namun, harga bahan pokok di Saudi relatif stabil karena dikontrol ketat oleh pemerintah.

Perbedaan Pola Makan

Masyarakat Saudi biasanya berbuka dengan makanan ringan seperti sambosa, sup (shurba), dan minuman khas sobiah. Berbeda dengan di Indonesia yang langsung makan besar saat berbuka, di Saudi makan besar dilakukan saat sahur untuk memberikan energi sepanjang hari.

Idul Fitri di Arab Saudi

Di Arab Saudi, Idul Fitri dirayakan dengan lebih sederhana dibandingkan Idul Adha. Setelah salat Idul Fitri, masyarakat umumnya hanya berkumpul dengan keluarga inti. Namun, di malam hari, mereka mendatangi para tetua kabilah untuk bersilaturahmi.

Meskipun globalisasi telah membawa banyak perubahan, Arab Saudi tetap mempertahankan tradisi Ramadan dengan kuat. Kota suci Makkah dan Madinah tetap dikontrol oleh masyarakat Saudi, sehingga nilai-nilai keagamaan terjaga dengan baik.

Namun, pengaruh modernisasi tetap terlihat, misalnya dengan meningkatnya penggunaan teknologi dalam ibadah, seperti aplikasi Al-Qur’an digital dan layanan donasi online untuk berbagi makanan berbuka.

Kesimpulan

Meskipun terdapat perbedaan antara tradisi Ramadan di Arab Saudi dan Indonesia, semangat menyambut Ramadan dengan penuh kegembiraan, meningkatkan ibadah, serta mempererat silaturahmi tetap menjadi nilai utama yang dijaga oleh umat Islam di mana pun berada.

Semoga Ramadan ini membawa keberkahan bagi kita semua dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sumber: YouTube KBRI Riyadh – Kalam Sahur Edisi 8 Maret 2025, ditayangkan pada 11 Maret 2025