Taufik M. Yusuf Njong menulis opini berjudul: “Perang ‘Main-main’ Saudi dan Emirat di Yaman.” Artikelnya diterbitkan oleh tarbawiyah.com dan dikutip Portal Islam.
Tulisan tersebut mencoba mendiskreditkan Arab Saudi, di saat pemberontak Houtsi di Yaman mulai terdesak, atas gempuran yang menghancurkan gudang senjata dan pusat militernya.
Taufik lupa atau sengaja tidak sudi menulis di judulnya, bahwa saat tujuh tahun lalu atau tepatnya pada tanggal 26 Maret 2015, koalisi Arab yang dipimpin Saudi beranggotakan negara-negara Teluk Arab minus Oman.
Dalam serangan gelombang pertama ‘Operation Decisive Storm’, selain Arab Saudi, Emirat berpartisipasi dengan 30 pesawat, Kuwait 15, Bahrain 15, Qatar mendukung dengan 10 pesawat, serta Yordania 6 pesawat, Maroko 6 pesawat, dan Sudan dengan 3 pesawat.
Atas ketidakjujurannya hanya ingin memojokkan Arab Saudi dan Emirat. Hal yang mudah dipahami sebagai kebiasaan penulis di media Tarbawiyah atau Portal Islam.
Di paragraf kedua, Taufik mengarang: “Malahan, kini Houtsi dengan leluasa bisa menyerang kilang-kilang minyak Aramco Saudi dengan drone dan rudal balistiknya. Apa yang salah?”
Yang salah adalah diksi “Houtsi dengan leluasa bisa menyerang…” Atas dasar beberapa serangan yang gagal dilabeli “leluasa bisa menyerang….” Tampaknya ingin menggambarkan bahwa Saudi gagal ‘menghabisi’ Houtsi.
Opininya jelas tidak berbasis data dan fakta. Dia tidak paham apa yang terjadi di Yaman, sehingga dengan ringan menuding “koalisi Saudi yang unggul jauh secara persenjataan gagal ‘menghabisi’ Houtsi….”
BACA: 9.500 Anak Direkrut Menjadi Tentara Oleh Houtsi Di Sana’a
BACA: “Zainabiyat” Pasukan Wanita Houtsi Perekrut Anak-Anak ke Medan Perang
BACA: Pemerintah Yaman: Houtsi Gunakan Warga Sipil Sebagai Tameng Manusia
BACA: Arab Saudi Menangani “Complex Emergency” Yaman
Gaya beropini Taufik, tidak berbeda dengan cara-cara Syiah dan Barat plus media sekuler yang kerap menuding Arab Saudi sebagai sumber bencana kemanusiaan di Yaman.
Di paragraf berikutnya Taufik mengutip seorang syaikh majhul, yang dinamainya “Syeikh Salafi dari Aden.” Dia mengutip pendapat syeikh ghaib tersebut “apa yang dilakukan Saudi di Yaman adalah sebuah ketololan.” Dasarnya, dia menuding “Saudi yang pada 2014 ikut ‘membantu’ Houtsi merebut Shana’a.”
Padahal pada awal Maret 2014, Riyadh justru merilis daftar 9 kelompok teroris, termasuk kelompok Houtsi di Yaman dukungan Iran. Pengumuman tersebut bersamaan dengan terbentuknya Aliansi Militer Islam untuk memerangi terorisme yang terdiri dari 34 negara.
Oleh karenanya membuat terkejut pemberontak Houtsi, dan Washington menolak untuk mengklasifikasikannya sebagai kelompok teroris meskipun ada tuntutan resmi dari pemerintah Yaman selama beberapa tahun terakhir.
Jadi benar, bahwa pendapat Taufik adalah fitnah terhadap negara tauhid, bermodalkan pengakuan jubir Houtsi Muhammad Abdussalam.
Atas dasar taken for granted sumber syiah houtsi tersebut, Taufik gegabah sekaligus mengada-ada bahwa dukungan Saudi dan Emirat mendukung kudeta Houtsi terhadap pemerintahan yang sah, demi untuk menghabisi partai Ishlah yang berafiliasi dengan IM.
Entah tidak tahu atau menutup-nutupi, bahwa pada bulan Maret 2015, Presiden Republik Yaman, Abdurobih Mansur Hadi, mengirim surat resmi atas nama al-Jumhuriyah al-Yamaniyah kepada negara-negara Arab di Teluk.
Abdurobbih meyakinkan, perlunya intervensi militer ke dalam negerinya untuk melindungi Yaman dan rakyatnya dari aksi pemberontakan Houtsi dukungan Iran, yang terus meningkat.
Akan tetapi, sebagian media memanipulasi fakta dan memframing berita bahwa peran Pasukan Koalisi pimpinan Arab Saudi tidak berdasar.
Yang menggelikan, Taufik “meng-endorse” statemen salah satu antek Hizbullat, Menteri Komunikasi Lebanon George Kordahi yang menuding perang selama bertahun-tahun di Yaman sebagai “sia-sia.”
Taufik bisa jadi seorang muslim, tetapi di tulisannya, dia sama sekali tidak mempermasalahkan ancaman Houtsi dukungan Iran terhadap Makkah dan Madinah. Biasanya berkilah membela Al-Haramain tetapi tidak pemerintah Arab Saudi.
Tetapi sayang, sikap simpati dan empatinya lebih dicurahkan kepada pemberontak Syiah Houtsi dukungan Iran daripada mendukung Saudi dan pemerintah Yaman untuk menumpas kelompok sekte Karbala tersebut.
Sepertinya penulis seperti Taufik dan medianya, takkan belajar dari sifat nifaq dan hizbiyyah-nya.[]