Setelah Pancasila, datang lagi perilaku mengiris hati dari sebagian kaum muslimin Indonesia; mengeraskan suara koor berisi kalimat-kalimat yang umumnya dibaca di Tanah Air oleh kesatuan pembela bangsa.
Koor tersebut, seolah tidak ada Al-Qur’an, doa atau dzikir yang berasal dari sunnah Nabi kita, yang dihafalkan dalam benak jama’ahnya.
Bapak Ibu jama’ah umrah dan haji, semoga Allah memberikan Anda hidayah bagaimana manasik yang sesuai Sunnah.
Tidakkah Anda mendengar hadits Nabi shalallahu’alaihi wa sallam berikut ini:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ فَكَشَفَ السِّتْرَ وَقَالَ أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ
Dari Abu Sa’id dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di Masjid, lalu beliau mendengar para sahabat mengeraskan bacaan (Al Qur’an) mereka. Kemudian beliau membuka tirai sambil bersabda, ‘Ketahuilah, sesungguhnya kalian tengah bermunajat dengan Rabb. Oleh karena itu janganlah sebagian yang satu mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al Qur’an) atau dalam shalatnya.'” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Adapun “حب الوطن من الإيمان” (cinta tanah air sebagian dari iman) adalah hadits palsu. Baca di sini.
Di berbagai pesantren, kalimat ini masuk dalam mata pelajaran “mahfuzhat” (peribahasa yang jadi bahan hafalan).
Semoga Allah memberi petunjuk kepada kaum muslimin Indonesia agar lebih bijak dalam memilih travel dan pembimbing manasik mereka, karena semakin dekat dengan Sunnah, manasik semakin bermakna dan berpahala.
MASJIDIL HARAM, 25 FEBRUARI 2018
Muflih Safitra