Para pemerhati dunia Islam beberapa hari ini heboh dengan press release dari Hizb An-Nur, sebuah partai yang dibangun beberapa kelompok salafi di Mesir, tepatnya di Iskandariah. Hizb An-Nur, melalui pimpinannya Dr. Yunus Makhyun, menyatakan dukungannya kepada presiden Mesir saat ini yaitu Jenderal As-Sisi untuk maju dalam pilpres Mesir yang akan datang.
Para pemerhati, yang kebanyakan simpatisan mantan presiden Muhammad Mursi hafizhahullah, menyayangkan keputusan tersebut. As-Sisi di mata mereka, adalah orang yang paling bertanggungjawab atas meninggalnya ribuan demonstran pada tragedi Rabia. Seharusnya, Hizb An-Nur menjadi oposisi dari As-Sisi, bukan malah mendukungnya kembali.
Kritik dan tudingan pun terarah kepada Hizb An-Nur. Sejauh kritik itu menyangkut keputusan Hizb An-Nur, itu sah-sah saja. Namun disayangkan ada pula yang menuding terlalu jauh bahkan mengada-ada. Seperti tulisan seorang “pengamat” yang menuding Hizb An-Nur disetir oleh Saudi dan Israel. Bahkan dia juga mengaitkannya dengan ke”salafiyah”-an Hizb An-Nur. Hal ini pun banyak diikuti oleh para pembenci kelompok salafy.
Salafi Mesir, Hizb An-Nur, dan Ulama Saudi
Banyak yang tidak paham bahwa Hizb An-Nur itu hanya satu kelompok di antara banyak kelompok salafi di Mesir. Kelompok salafi lain selain Hizb An-Nur itu jauh lebih banyak dan lebih tua usianya. Diantaranya:
- Al jam’iyyah as-syar’iyyah lil ‘Amilina bil kitab was sunnah al muhammadiyah yang didirikan tahun 1912 oleh Syekh Mahmud Muhammad Al-Khattab as-Subki, dan merupakan kelompok terawal yang menyeru kepada sunnah dan memberantas bid’ah. Jadi di jaman khilafah Turki Utsmani, sudah ada kelompok salafi di Mesir.
- Jama’ah Ansharus sunnah al- Muhammadiyah yang didirikan tahun 1926 oleh Syekh Muhammad Hamid Al-Faqi yang terkenal itu. Jamaah ini juga besar dan dikenal masyarakat Mesir.
- Jamaatul bina wat tanmiyah yang kemudian terpecah, ada yang mendukung Mursi dan ada yang bergabung ke Hizb An-Nur.
- Majlis umana as-salafiyah yang didirikan Dr. Muhammad al-Imam.
- Al-Jabhah as-Salafiyah yang dibentuk tahun 2011 setelah revolusi yang menaikkan Mursi. Kelompok ini bertujuan mendorong penerapan syariah Islam secara menyeluruh di Mesir.
- Hizbul Ashalah
- Al-Haiah as-Syar’iyyah lil Huquq wal Ishlah, dibentuk pasca revolusi tahun 2011.
Hizb An-Nur sendiri dibentuk oleh komunitas dakwah salafiyah di Iskandariyah. Tahun 1970, mahasiswa muslim yang menolak bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, khususnya di Universitas Alexandria, membentuk komunitas jamaah dakwah salafiyah. Merekalah yang kelak melahirkan Hizb An-Nur.
Apakah semua kelompok salafi Mesir sepakat dalam semua hal? Tentu tidak. Jadi jika ada yang menjadikan keputusan Hizb An-Nur terhadap As-Sisi sebagai bahan untuk mencibir dakwah salafi, berarti mereka kurang piknik, meski berlabel “pengamat.”
Begitupula dengan ulama Saudi. Mereka tidak sepakat dengan keputusan-keputusan Hizb An-Nur, khususnya ketika terjadi upaya kudeta terhadap presiden Muhammad Mursi hafizahullah, yang notabene dari Ikhwanul Muslimin.
Kurang lebih 34 ulama Saudi mengeluarkan pernyataan mengkritik dengan keras Hizb An-Nur terhadap kasus tersebut. Nama-nama besar seperti Fadhilatus Syaikh Abdullah bin Muhammad al-Ghunaiman, Sa’d bin Abdullah al-Humaid, Ahmad bin Abdullah az-Zahrani, turut memberikan pernyataan (silakan lihat pada link yang saya bagikan). Lagi-lagi salah alamat jika keputusan Hizb An-Nur di atas dijadikan bahan untuk menjelekkan dakwah salafi.
Hizb An-Nur dan Peta Politik Mesir
Bagian terakhir ini hendak memberikan informasi yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk memahami keputusan Hizb An-Nur, meski tentu masih dapat diperdebatkan.
Hizb An-Nur adalah salah satu dari 19 partai politik yang ada di Mesir pasca pemilu 2015 lalu. Hizb An-Nur adalah satu-satunya partai Islam di Mesir yang notabene memiliki Al-Azhar as-Syarif yang menjadi menara ilmu dunia Islam (silakan lihat gambar). Kursi Hizb An-Nur di parlemen hanya 11 kursi dari 351 kursi yang diperebutkan. Minoritas dari segi kursi, dikeroyok secara ideologi.
Pilihan bagi Hizb An-Nur hanya dua: mengusung calon yang ideal yang sudah jelas akan sulit bersaing, atau mendukung As-Sisi. Bersekutu dengan partai-partai sekuler lainnya pun sulit. Kita belum lupa, partai-partai itu yang bersekutu dengan partai Mursi, kemudian mereka jugalah yang mendemo Mursi hingga jatuh.
Pilihan Hizb An-Nur yang mendekati As-Sisi dapat dibandingkan dengan kedekatan Al-Azhar dengan As-Sisi. Semuanya tentu mengharap maslahat ummat dari kedekatan mereka dengan penguasa.
Dalam sesi tanya jawab Tabligh Akbar MIUMI tanggal 19 Januari 2018, Gus Idrus Ramli ditanya pendapat beliau terkait beberapa kyai yang dekat dengan penguasa saat ini.
Kata Gus Idrus, ada 2 pendekatan: pendekatan su’udzon yaitu bahwa mereka ada kepentingan duniawi; dan pendekatan husnudzhan, yaitu mereka mendekati untuk kemaslahatan dakwah.
Selanjutnya beliau mencontohkan sebagian ulama Mesir yang tidak hijrah ke Andalusia saat Bani Fathimiyah menguasai Mesir. “Siapa yang menjaga rakyat Mesir jika semuanya hijrah ke Andalusia,” kata Gus Idrus.
Mungkin husnudzhan serupa bisa kita terapkan menyikapi sikap politik Hizb An-Nur. Kata Al-Imam as-Syafi’i rahimahullah, “Barangsiapa yang ingin menyempurnakan kebaikannya, hendaklah ia bersangka baik kepada sesama manusia”.
Wallahu a’lam bisshowab. Ismail Rajab 2018.