Al-Houthi memburu para pengungsi dan menargetkan penduduk yang tidak bersalah di depan mata dunia.
Ketua Rumah Hak Asasi Manusia Eropa-Yaman, Mansour Al-Shadadi, membenarkan bahwa setelah milisi Houtsi menguasai Sanaa, mereka mulai melebarkan sayap menuju Marib, sebagaimana yang disaksikan perang paling sengit pada tahun 2014.
Kemudian, pada bulan Februari tahun 2020, pertempuran secara besar-besarn dimulai di Marib, setelah serangan militer dan eskalasi besar yang diluncurkan oleh milisi Houtsi pada 7 Februari. Dan itu masih berlanjut sampai sekarang.
Serangan ini menelan korban manusia yang sangat besar, terutama di kalangan warga sipil yang terus-menerus menjadi korban tanpa pandang bulu dan disengaja untuk mencapai kemenangan.
Serangan dan penyerbuan ini bervariasi, menurut Al-Shadadi. Dari serangan rudal jarak jauh dan balistik hingga serangan pesawat tak berawak, mortir, katyusha, serta semua yang dapat mereka lakukan untuk memperumit kehidupan warga sipil.
Di saat yang sama, keheningan yang memalukan dari komunitas dan organisasi internasional tentang apa yang terjadi di Marib yang dilakukan milisi syiah Houtsi. Sementara Fars News Agency, agen resmi Iran, melakukan propaganda bahwa mereka akan merayakan kemenangan di Marib.
Informasi yang memberitakan pencapaian kemajuan militer di Marib disebarluaskan oleh media yang mendukung milisi Houthi di Lebanon dan Irak, kemudian dengan latah media dunia ikut menukilnya.
Al-Shadadi mengingatkan bahwa penyebab terjadi perang dimulai sejak kudeta milisi Houtsi terhadap hasil Dialog Nasional Yaman pada tahun 2014. Mereka melakukan pemberontakan terhadap negara.
Sehingga tentara nasional Yaman, lembaga penegak hukum dan otoritas sah yang diakui menghadapi individu dan kelompok bersenjata, yang dapat digambarkan sebagai teroris dan telah dihukumi oleh konstitusi dan hukum setempat sebagai penjahat atau pemberontak, yaitu milisi syiah Houtsi.
Sementara posisi masyarakat internasional dengan sangat memalukan tidak mengklasifikasikan milisi Houtsi sebagai kelompok teroris. Di saat yang sama hukum internasional menjamin pemerintah dan negara untuk melawan pemberontakan atau gangguan apa pun yang dihadapinya, yang mengancam kedaulatannya dan keselamatan warganya.
Oleh karenanya, adalah hak pemerintah Yaman yang sah untuk melakukan penumpasan terhadap kelompok bersenjata yang mengancam persatuan nasional dan menyerbu kota-kota dari milisi syiah Houtsi.
Al-Shadadi menambahkan bahwa pemerintah kota Marib sepenuhnya mendukung pemerintah dan legitimasi konstitusional. Saat konferensi dan dalam beberapa kesempatan, Marib mengumumkan komitmen sesuai dengan yang disepakati di Yaman.
Oleh karena itu otoritas sah yang dipilih atau disepakati adalah satu-satunya pihak yang berhak menangani, sehingga tidak dibenarkan serangan pemberontakan Houtsi tersebut, yang telah melanggar hukum lokal atau internasional.
Itulah sebabnya pihak penyerang, milisi syiah Houthi, memikul tanggung jawab hukum dan moral penuh atas serangan terhadap Marib dan konsekuensi yang mungkin ditimbulkannya di semua tingkatan.
Kepala Pusat Pertahanan Hak dan Kebebasan Yaman-Belanda, Nasser Al-Qadari, menyatakan bahwa apa yang terjadi di Marib adalah upaya lain untuk penghancuran, pemindahan paksa, dan serangan kriminal yang kita dan masyarakat internasional saksikan dilakukan oleh milisi syiah Houtsi yang didukung oleh rezim Iran.
Ini bukan pertama kalinya Houtsi mencoba menembus kota-kota pemukiman dan menghancurkan mereka di atas kepala penduduk mereka. Ini harus diketahui kebenarannya serta dampak akibatnya kepada komunitas internasional dan dunia pada umumnya.
Al-Qadari mengatakan bahwa milisi Houtsi di Marib sedang mencoba untuk mengulangi adegan yang sama yang disajikan di daerah lain yang dikuasainya. Laporan di lapangan mendokumentasikan banyak pelanggaran yang dilakukan oleh Houtsi sejak enam tahun terakhir lalu hingga sekarang terhadap warga sipil yang tidak bersalah di sejumlah tempat.
Di distrik Al-Rahba, barat daya Marib, Houtsi menargetkan rumah warga dan pengungsi, menghujaninya dengan rudal, artileri berat dan drone. Ini yang menyebabkan pembunuhan dan melukai sejumlah besar warga sipil, memaksa mereka untuk melarikan diri ke distrik lain untuk menghindari serangan Houtsi.
Ada juga operasi pemindahan paksa yang dilakukan oleh kelompok kudeta Houtsi terhadap keluarga dari daerah Bagssa dan Desa Fatra di distrik Rahba, serta penembakan artileri dan rudal di Desa Fatra hingga saat ini, sejak 2015 hingga Juni 2021.
Pelanggaran tersebut mengakibatkan rusaknya 39 fasilitas umum, 109 fasilitas umum rusak sebagian, lebih dari 2.322 fasilitas warga, 1.726 rusak sebagian dan 596 fasilitas warga hancur total. Selain 26 fasilitas layanan publik dan swasta diledakkan.
Misalnya, sebuah masjid di Sirwah dan sebuah sekolah di Al Salah di distrik Majzar diledakkan, 24 rumah di distrik Majzar dan Sirwah dihancurkan. Laporan itu juga mendokumentasikan 69 kasus penyerangan terhadap fasilitas medis, 16 kasus pemblokiran dan penghambatan akses bantuan kemanusiaan dan 7 kasus penyerangan situs arkeologi dan sejarah,
Semua ini mencerminkan keseriusan situasi di Kegubernuran Marib dan tingkat kekerasan yang dialami penduduknya. Dan semestinya masyarakat internasional bergerak cepat menyelamatkan Marib dan warga sipilnya dari terorisme Houtsi.
Al-Qedari mencatat bahwa milisi Houthi telah melanggar semua konvensi dan perjanjian internasional yang menetapkan untuk tidak menargetkan warga sipil. Dia menyerukan masyarakat internasional untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi warga sipil dan pengungsi yang tidak bersalah di provinsi tersebut.
Sementara aktivis Hak Asasi Manusia Bushra Al-Jubeihi menegaskan bahwa kelanjutan serangan di kota Marib Yaman, yang terletak di timur laut Yaman, telah memperburuk situasi kemanusiaan para pengungsi.
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikeluarkan pada bulan Agustus tahun 2021 menunjukkan bahwa kondisi di kamp-kamp pengungsi sangat menyedihkan, dan bahwa mereka telah melampaui daya serap mereka.
Ada kekurangan akut air bersih, kakus, listrik dan sanitasi, dengan ketidakmampuan untuk memberikan bantuan kepada sekitar 80 persen dari mereka yang membutuhkan karena ketidakamanan di wilayah tersebut.
Banyak keluarga sipil mengungsi di dekat garis depan yang aktif, dengan sembilan dari 10 kamp liar dibangun di atas tanah pribadi dan tanpa kesepakatan untuk menempatinya. Penduduk semakin takut akan ancaman penggusuran, sementara harga sewa meningkat setelah gelombang pengungsian baru-baru ini.
Persentase keluarga pengungsi yang tidak mampu membayar sewa secara teratur telah mencapai tingkat yang sangat besar lebih dari 85%, karena peluang mata pencaharian yang langka,
Menurut Al-Jubeihi, kita harus menghentikan serangan terus-menerus yang menghancurkan kehidupan orang-orang yang tidak bersalah dengan satu atau lain cara, dan memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan kepada orang-orang terlantar dan terkena dampaknya di Marib.
Serta mengizinkan organisasi kemanusiaan untuk beroperasi tanpa syarat atau batasan, menyediakan paket penyelamatan ekonomi jangka panjang untuk Yaman yang akan membantu menstabilkan ekonomi, dan memperkuat sistem keuangan untuk mencegah kenaikan harga pangan lebih lanjut dan meningkatkan kondisi kehidupan.[]
Sumber: alriyadh