Semenjak diekplorasi dan memproduksi minyak mentah sejak tahun 1948 hingga sekarang memasuki revolusi gas, ladang minyak terbesar dunia di Arab Saudi tidak akan pernah habis. Begitu ungkap ekonom Spanyol yang ditulis oleh elEconomista.
Teknologi memungkinkan ladang Ghawar memicu revolusi baru. Selain minyak, kini potensi menghasilkan gas, sehingga memberikan dorongan lain terhadap salah satu simpanan alam terpenting dalam sejarah Saudi.
Meskipun raksasa sumur minyak ini mulai menunjukkan tanda-tanda penuaan, tetapi tidak pernah berhenti membuat takjub.
Sejak November tahun lalu, Saudi Aramco telah mulai mengekstraksi gas non-konvensional dengan biaya rendah dengan produksi awal sebesar 300 juta kaki kubik perhari, dengan target mampu mencapai lebih dari dua kali lipat produksi tersebut.
Ladang Ghawar adalah ladang minyak yang paling produktif dan Arab Saudi merupakan negara dengan kapasitas produksi terbesar di dunia. Artinya, jika Riyadh mau, bisa memproduksi sekitar 13 juta barel minyak perhari. Namun hal ini tidak terjadi karena kepemimpinannya di OPEC.
Ladang minyak Ghawar tidak hanya merupakan keajaiban rekayasa manusia dan alam, namun juga merupakan simbol bagaimana sumber daya tersebut membentuk identitas sebuah bangsa yang warisannya melampaui minyak yang mengalir dari kedalamannya; Ini adalah kisah tentang sebuah negara yang menciptakan kekayaan di pasirnya yang mengubah nasibnya dan nasib dunia.
Selain Ghawar, proyek yang sedang dilakukan di ladang gas terbesar adalah ladang Jafurah, yang akan membawa Arab Saudi ke peringkat ketiga produksi gas dunia pada tahun 2030.[]