Tanggal 13 Februari kemarin, diperingati sebagai World Radio Day atau Hari Radio Sedunia. Radio Idza’atul Quranil Karim di Arab Saudi, pagi tadi menerima banyak telepon pendengarnya.
Mereka mengungkapkan pengalaman kebersamaan mereka dengan saluran dakwah di Arab Saudi tersebut, dalam acara Dhaifu Halaqah Dzikrayat Ma’a ‘Idzaatil Quran.
Para penelepon dari Bisyah, Hail, Riyadh, Madinah dan kota-kota lainnya, saling bersahutan mengungkapkan manfaat mendengar radio yang selalu mengudara dengan lantuan murottal, kajian, fatwa ulama, dan lainnya.
Dalam kesempatan Hari Radio ini pula, Menteri Penerangan Arab Saudi, Dr. Majed Al-Qasabi, mengatakan bahwa peran media saat ini telah menjadi lebih dari sebelumnya, karena setiap orang kini berperan seperti sosok media dengan akun medsosnya.
“Tantangan besar di hadapan kita adalah mengikuti teknologi modern dan memanfaatkannya untuk negara, karena Arab Saudi selama ini telah menjadi sasaran musuh dan kita harus melindungi anak-anak kita.”
Dan hari 14 Februari hari ini, sebagian penduduk dunia merayakan Valantine Day. Tetapi tidak di Arab Saudi. Jika ada, segelintir, ekspatriat atau kalangan liberal-sekuler, yang pasti tidak akan terang-terangan terbuka.
Ada yang berjualan mawar merah, hadiah, coklat atau pernak-pernik lain di toko-toko pinggir jalan. Itu semua buka sepanjang tahun, tidak dikhususkan di 14 Februari.
Aneh, jika ada satu-dua pelanggaran, media langsung mengenalisir; Saudi halalkan perayaan Hari Kasih Sayang.
Untuk justifikasi, media mencomot pendapat orang awam-liberal, Ahmad Qashim al-Ghamdi. Dia memang pernah diberi amanah sebagai polisi syari’ah, tetapi kemudian dipecat secara tidak hormat.

Di masyarakat Saudi, orang model al-Ghamdi, tidak akan didengar suaranya, bahkan jika muncul di media sosial, niscaya akan dibully habis netizen.
Tetapi media berusaha “membesarkannya.” Sempat al-Ghamdi diberi kesempatan berbicara tentang sekulerisme, yang menurutnya bukan paham kufur.
Lain waktu dia yang jahil menuding sebuah hadits derajatnya dhaif, demi menjustifikasi ide liberalnya.
Pendapatnya tidak lebih sebagai pengulangan dari orang-orang terdahulunya yang dihinakan dan tidak diakui oleh masyarakat. Tetapi media sekuler kerap menjadikannya populer dan rujukan.
World Radio Day dan Valentine’s Day memang tidak kaitannya, hanya berdekatan selang sehari saja.
Tetapi, terbukti faedahnya ketika media, seperti radio di Saudi menjadi sebagai sarana dakwah, bukan menyebar kedunguan dari seorang jahil.
Media memiliki peran penting, tetapi lebih penting lagi penggunanya, agar diisi ilmu sebanyaknya-banyaknya. Pesan Raja Faisal, rahimahullah:
