Umrah Ramadan oleh: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop
promo: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop

81 Kepala Teroris Dipenggal: Beda Cara Saudi dan Indonesia Dalam Memberantas Terorisme

81 Kepala Teroris Dipenggal: Beda Cara Saudi dan Indonesia Dalam Memberantas Terorisme

Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 81 orang dipenggal kepalanya dalam satu hari di Arab Saudi hari ini.

Sebagaimana pernyataan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi yang dikeluarkan hari Sabtu (12/3) ini, mereka yang dieksekusi hukuman mati adalah sejumlah orang yang menganut pemikiran sesat, ekstrimis dan berpaham menyimpang lainnya.

Mereka para ekstremis dari warga Saudi, Yaman dan Suriah. Di antara mereka terbukti melakukan beberapa kejahatan berat seperti menjadi mata-mata bagi pihak asing yang memusuhi Kerajaan atau menyembunyikan buronan yang termasuk dalam kelompok teroris.

Promo

Di antara lainnya melakukan tindakan teroris dengan menargetkan petugas keamanan, menanam ranjau, berpartisipasi dalam penyelundupan senjata dan granat tangan.

Termasuk yang dieksekusi adalah dua bersaudara warga Saudi yang berpaham takfiri membunuh kedua orang tua dan saudaranya yang tidak sepaham dengan mereka berdua.

DR Mohamad Al-Hdla, peneliti dan penasehat di Badan Pencegahan Pemikiran Ekstrim dan Keamanan Siber, dalam cuitannya mengungkapkan hukum syariah yang ditenggakan terhadap 81 teroris ini membawa beberapa pesan di dalam dan luar Saudi.

Yaitu kekuatan negara dalam menghadapi teroris dan logika negara dalam menangani teroris terlepas dari kelompok mana mereka berasal.

Baik itu dari kelompok Syiah atau Sunni, Arab Saudi telah menggunakan haknya dan tidak mengizinkan pihak asing campur tangan dalam urusan internalnya.

Cuitan netizen pun banyak yang mendukung keputusan Kerajaan yang menghukum mati para teroris dan kelompok yang membahayakan keamanan negara.

Di antara netizen lainnya, mengingatkan bahwa penerapan syari’ah terhadap teroris pembunuh, pengkhianat agama dan tanah air, akan ada sekelompok yang berteriak dan meratap dari dalam dan luar, dari organisasi Hak Asasi Manusia dan para “tunawisma”di London, menyindir kelompok-kelompok anti Saudi di Barat.

Beda Saudi dan Indonesia Dalam Menangani Terorisme

Seperti Indonesia, Arab Saudi adalah salah satu negara yang paling banyak dibicarakan saat orang membahas terorisme. Upaya Arab Saudi untuk memberantas pemikiran ekstrim ini dilakukan dengan persuasif melalui khutbah di masjid, kurikulum pendidikan, serta kampanye lainnya yang sangat gencar.

Di antaranya dilakukan dialog untuk menyadarkan para pelaku teror, sebagaimana yang dilakukan oleh Lajnah al-Munashahah bertemu dengan para tahanan kasus terorisme.

Promo

BACA: Belajar dari Pengalaman Arab Saudi dalam Menumpas Terorisme

Secara umum upaya Saudi digolongkan kepada tiga, yaitu melawan orang-orangnya (The men, combatting terrorism), memutus pendanaannya (The money, combatting terror financing), dan pemikirannya (The mindset).

Dan yang terpenting, eksekusi mati yang hari ini dilakukan terhadap 81 orang tersebut adalah tindakan paling terakhir setelah jalan panjang dan berbagai upaya dilakukan, selain memenuhi qishash dari keluarga korban.

Singkatnya, pemerintah Saudi tidak sembarang tembak di tempat atau mengeksekusi terduga terorisme saat penangkapan. Bahkan jikapun harus dimatikan di tempat penggerebakan, selalu terjadi baku tembak nyata antara pihak keamanan dan teroris.

Sementara di Tanah Air, sering sekali tersiar kabar terduga teroris atau tanpa perlawanan senjata, harus didor oleh aparat.

Upaya deradikalisasi pemerintah Indonesia juga dilakukan dengan persuasif, seperti mendatangkan tiga ulama Timur Tengah, seperti Syaikh Ali Hasan Al Halabi (Yordania), Syaikh Najih Ibrahim dan Syaikh Hisyam An Najjar (Mesir).

Mereka melakukan diskusi dari hati ke hati, menemui dan memberikan nasihat kepada para narapidana kasus terorisme agar taubat dan kembali kepada ajaran yang benar.

Dari pengalaman yang ada, pemerintah Indonesia lebih banyak bertindak reaktif daripada pencegahan seperti yang dilakukan di Arab Saudi. Sementara usaha pencegahan banyak terjebak stigmatisasi kelompok tertentu.[]

*) Ditulis oleh Abdullah, WNI mukim di Arab Saudi