Syaikh Abdurrahman bin Abdulaziz as-Sudais lahir di Riyadh, Arab Saudi, pada awal 1960-an —sumber berbeda menyebut tahun 1960 atau 1962. Beliau berasal dari suku Anazzah, salah satu kabilah Arab yang cukup dikenal.
Sejak kecil, Sudais telah menunjukkan kecerdasan dan ketekunan dalam belajar. Dia menghafal Al-Qur’an pada usia 12 tahun dan menamatkan pendidikan dasarnya dengan predikat “excellent” pada 1979.
Lalu dia meraih gelar sarjana di bidang Syariah dari King Saud University pada 1983. Studi lanjutnya ditempuh di Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud dengan spesialisasi Ushul Fiqh (1987), kemudian menuntaskan program doktoralnya di Universitas Umm al-Qura pada 1995 dalam bidang Syariah.
Pada 2012, dia telah menyandang gelar profesor dan mengajar di jurusannya sendiri: Dasar-Dasar Yurisprudensi Islam.
Karier & Jabatan
Pada usia yang masih sangat muda, sekitar 22 tahun, Syaikh Sudais diangkat sebagai Imam dan Khatib di Masjidil Haram pada 1984. Pengangkatannya berdasarkan dekrit langsung dari Raja Arab Saudi.
Sejak itu, menjadi suara beliau melekat di hati jutaan umat Muslim dari seluruh dunia, terutama melalui lantunan tilawahnya yang syahdu dan penuh penghayatan.
Tahun 2012, Syekh Sudais ditunjuk menjadi Presiden Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, setingkat menteri. Pada 8 Agustus 2023, dia kembali dipercaya memimpin lembaga baru “Presidency of Religious Affairs of the Two Holy Mosques” yang secara langsung berada di bawah Raja Salman.
Tak hanya itu, beliau juga aktif sebagai Pengawas Umum Kompleks Amal Ilmiah Imam ad-Da’wah di Makkah dan pemegang Kursi Riset Ushul Fiqh di Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud.
Penghargaan & Kiprah Dakwah
Pada 2005, Syaikh Sudais dianugerahi “Islamic Personality of the Year” oleh Dubai International Holy Quran Award —sebuah penghormatan bergengsi di dunia Islam. Dia juga memfasilitasi produksi film dokumenter One Day in the Haram yang memperlihatkan dinamika spiritual dan logistik al-Haramain.
Lantunan Qur’annya yang terkenal, khususnya saat shalat Tarawih bersama Syaikh Saud al-Shuraim, membuat keduanya dijuluki “kembaran Haram.”
Cerita Syekh Sudais “Disumpahi Ibu” — Hikmah atau Hoaks?
Dalam ceramah-ceramah dan media sosial, beredar sebuah kisah menyentuh: bahwa ketika kecil, Syaikh Sudais sering nakal. Ibunya yang marah lantas berkata: “Semoga Allah jadikan kamu Imam Masjidil Haram, biar kamu jadi anak yang patuh.”
Cerita ini telah viral, banyak diangkat dalam khutbah, video dakwah, hingga artikel portal Islami. , mnyebar sebagai bentuk keajaiban doa seorang ibu, sekaligus inspirasi betapa besar dampaknya bagi kehidupan anak.
Namun… Apakah cerita ini benar?
Verifikasi Fakta: Belum Ada Sumber Resmi
Hingga Juli 2025, belum ditemukan pernyataan langsung Syaikh Sudais dalam media resmi mana pun —baik SPA, Al Arabiya, HaramainInfo, ataupun Hajj_Ministry— yang mengkonfirmasi kisah ini.
Memang ada video-video pendek di YouTube yang menyebut hal serupa, seperti: “My mother cursed me to become Imam of Haram.” Namun, video tersebut tidak menyertakan nama acara, tanggal, atau media resmi penyiar, sehingga validitasnya belum teruji secara ilmiah maupun jurnalistik.
Tabayyun Lebih Utama
Sebagaimana kaidah Islam, “Cukuplah seseorang disebut pendusta bila ia menyampaikan semua yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Kisah ini bisa saja benar, bisa juga hanya tazkiyah (motivasi) yang diceritakan dari generasi ke generasi. Namun, tanpa bukti dan pernyataan otentik dari Syekh Sudais atau media resmi, kisah itu belum bisa dijadikan fakta sejarah.
Syekh Muhammad Al-Utsaimin: “Jangan menyebarkan kisah yang tidak memiliki sanad kecuali jika terbukti jelas kebenarannya, apalagi jika berkaitan dengan orang besar dalam Islam.“
Dr. Khalid Al-Shamri (Peneliti Saudi): “Cerita semacam ini jika tidak berasal dari sumber sahih, hendaknya hanya diperlakukan sebagai tazkiyah bukan fakta sejarah.”
Inspirasi dari doa orang tua adalah nyata, dan doa mereka selalu mustajab. Tapi menisbahkan cerita yang belum jelas asal-usulnya kepada tokoh publik, apalagi seorang imam Masjidil Haram, bukanlah langkah yang bijak.
Seperti kata Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal: “Doa orang tua itu mustajab. Tapi menisbahkan kisah kepada tokoh tanpa dasar jelas adalah bentuk ketergelinciran.”
Kesimpulan
Cerita bahwa Syekh Sudais “disumpahi ibunya jadi Imam Masjidil Haram” adalah kisah populer, namun belum terverifikasi secara resmi.
Kita bisa mengambil ibrah darinya, tapi jangan sampai kehilangan nalar kritis dan prinsip tabayyun dalam menyikapi setiap narasi yang viral. [Zein R]
Sumber: سعوديبيديا