Umrah Ramadan oleh: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop
promo: Umrah Ramadan Bilboard Dekstop

Video: Peta Turki 2050 Picu Kampanye Boikot Produk Turki di Arab Saudi

Kepala Dewan Kamar Dagang dan Industri di Arab Saudi, Ajlan Al-Ajlan, pada hari Selasa (23/2), kembali serukan untuk mendukung kampanye boikot produk Turki.

Kampanye ini menargetkan penghentian total berbisnis dengan Ankara, menerima dukungan luas, sebagaimana tanggapan netizen Saudi di media sosial dalam dua hari terakhir.

Al-Ajlan, menulis di akun Twitter-nya: “Stasiun televisi TGRT Turki menyajikan peta wilayah kekuasaan Turki pada tahun 2050, yang mencakup Suriah, Irak, Yordania, Mesir, Libya, Arab Saudi, dan negara-negara Teluk.

Promo

Ini menegaskan kegilaan, ambisi, dan agresi pemerintah Turki, yang akan kami lawan dengan semua harta benda kami dan untuk ini kami akan terus memboikot Turki, hingga zero berhubungan bisnis denga Turki.”

Dua minggu yang lalu, stasiun TV Turki tersebut mengulas peta yang mengutip lembaga politik Amerika.

Dalam ulasannya, prediksi yang diharapkan adalah perluasan pengaruh Turki di tahun 2050, meliputi Kazakhstan dan Turkmenistan di timur, melampaui Arab Saudi, Mesir bahkan Libya di bagian barat.

Penayangan peta tersebut telah memunculkan reaksi di beberapa negara, termasuk di Arab saudi dan Rusia.

Pembahasan peta ini menjadi pemicu kembalinya kampanye boikot produk Turki di Arab Saudi, setelah beberapa bulan sebelumnya sempat ramai digaungkan netizen dan bloger Saudi.

Aksi boikot ini sebenarnya telah meredup dalam beberapa waktu dan konsumen mulai mengabaikan ajakan untuk berhenti membeli barang-barang Turki.

Cuitan terbaru Al-Ajlan ini diperkirakan akan menumbuhkan kembali semangat boikot di sektor komersial sampai batas tertentu, mengingat dia saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kamar Dagang dan Industri Saudi.

Akan tetapi, seruannya bukan keputusan resmi Riyadh, sehingga boikot tersebut tetap tidak resmi sebagai keputusan Kerajaan Arab Saudi.

BACA: Isu Boikot dan Sikap Asli Erdogan Atas Negara Arab Teluk

Promo

Akun “Kampanye Boikot Turki” di Twitter mengatakan dalam sebuah pernyataan tentang seruan baru boikot:

“Ajakan boikot memasuki titik balik penting di mana produk Turki tidak akan dapat diterima lagi di toko mana pun dengan dalih apapun.

Ini saatnya, untuk membuang barang-barang Turki dan benar-benar berhenti berurusan dengan produk Turki apapun, untuk mencapai tujuan utama kampanye #Zero_Dealing with Turkey.”

BACA: Daftar Perusahaan Saudi Boikot Produk Turki

Seruan informal untuk memboikot Turki diulangi di berbagai tingkatan dalam beberapa tahun terakhir, di mana hubungan Riyadh dan Ankara dianggap menjadi tegang, karena pernyataan pejabat, insiden, atau posisi politik yang memicu seruan ini.

Mereka yang menyerukan kampanye mengajak untuk berhenti membeli produk Turki dan meminta pedagang untuk mencari negara lain untuk mengimpor barang serupa dengan yang biasa mereka impor dari Turki, selain menghentikan niat mereka menjadi turis atau investor di Turki.

Awal kampanye boikot diluncurkan pada awal Oktober lalu, ketika pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat berkunjung ke Doha, memicu kemarahan netizen Arab Saudi.

Terutama pernyataannya bahwa tentara Turki, yang berada di pangkalan militer di Doha, sebagai penjaga stabilitas negara Teluk.

Aksi boikot kemudian diikuti oleh elit Saudi terkemuka, termasuk penulis, profesional media, ekonom dan pangeran, bersama dengan Al-Ajlan, yang mengatakan pada saat itu: “Saya mengatakan dengan pasti dan jelas… Jangan ada investasi, impor, atau pariwisata!

Kami warga dan pengusaha Saudi, tidak akan berurusan dengan semua yang berbahasa Turki. Bahkan perusahaan Turki yang beroperasi di Kerajaan, saya serukan agar tidak berurusan dengan mereka.

Dan ini adalah tanggapan terkecil kami terhadap permusuhan Turki yang terus berlanjut dan penghinaan terhadap kepemimpinan dan negara kami.”

BACA: Pangeran Saudi Dukung Seruan Boikot Produk Turki

Dampaknya, banyak laporan media melaporkan keluhan perusahaan dan pengusaha Turki tentang kendala ekspor produk dan barang mereka ke Arab Saudi.

Media juga mengulas beberapa faktor yang melatarbelakangi “ketegangan” antara Riyadh dan Ankara.

Di antaranya saat Turki mendukung kelompok yang berpartisipasi dalam demo Arab Spring di beberapa negara, terutama kelompok “Ikhwanul Muslimin”, yang diklasifikasikan oleh Riyadh sebagai kelompok teroris.

Ketegangan juga muncul dalam kasus terbunuhnya jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di tangan petugas keamanan Saudi di konsulat negaranya di Istanbul pada 2018.

BACA: Jaksa Penuntut Umum Saudi Tutup Kasus Khashoggi

Tonton Videonya: