Mayor Jenderal Abdullah Ghani Al-Qathani, seorang Perwira Tinggi Arab Saudi mengulas tentang Konferensi Tingkat Tinggi Pertama di Brussel dalam acara “Ya Halla” di stasiun TV Gulf Rotana. Berikut penjelasannya.
Faktanya, kebijakan strategis Arab Saudi yang bijaksana, posisi konsistensi internasionalnya yang adil, besarnya proyek pembangunannya dan keberhasilan visinya dalam membangun kawasan adalah hal-hal yang memaksa negara-negara Eropa untuk mengubah sikap negatif lama mereka terhadap Majlis Kerjasama Negara-negara Arab Teluk (GCC).
Fakta lain yang jelas terlihat dan dibuktikan adalah bahwa Uni Eropa merupakan pihak yang paling membutuhkan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC), setelah Uni Eropa mendapati dirinya terjepit di antara Amerika Serikat di barat dan Tiongkok serta Rusia di timur. Pada saat GCC menemukan semua opsi yang tersedia di empat arah.
Pada tahap tertentu, data dan tingkat perkembangan serta pembangunan di negara-negara GCC tidak lagi seperti 30 tahun lalu.
Kehadiran Yang Mulia Putra Mahkota dan Perdana Menteri Pangeran Muhammad bin Salman di Brussel untuk menghadiri pertemuan puncak pertama antara Teluk dan Uni Eropa merupakan bukti strategi pertemuan dan persiapan yang berhasil.
Ini juga merupakan merupakan indikator positif dari perubahan nyata dalam posisi Eropa yang mendukung masalah Palestina.
Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar kedua bagi negara-negara Teluk. Volume kerja sama kedua belah pihak mencapai 170 miliar euro pada tahun 2023. Negara-negara Uni Eropa meningkatkan impor minyak Teluk Arab sekitar tiga kali lipat akibat konflik di Ukraina.
Akhirnya; Jelas bahwa pertukaran perdagangan, kerja sama ekonomi dan keilmuan, koordinasi politik antara kedua belah pihak, dan masuknya warga negara GCC ke Eropa dengan sistem yang mirip dengan “Schengen,” semuanya akan menjadi bidang kepentingan dan fokus kemitraan mendatang, dengan cara yang memiliki bobot dan ukuran pengaruh yang sama bagi kedua belah pihak.[]