Arab Saudi menegaskan penolakannya secara tegas terhadap pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengenai pemindahan paksa warga Palestina dari tanah mereka, demikian disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan pada hari Ahad (9/2).
Pejabat Israel sebelumnya mengusulkan pendirian negara Palestina di wilayah Saudi. Netanyahu tampak bercanda pada hari Kamis ketika ia menanggapi pewawancara di saluran pro-Netanyahu, Channel 14, yang secara keliru menyebut “negara Saudi” alih-alih “negara Palestina” sebelum segera mengoreksi dirinya.
Meskipun pernyataan Saudi menyebut nama Netanyahu, pernyataan tersebut tidak secara langsung merujuk pada komentar tentang pendirian negara Palestina di wilayah Saudi.
Mesir dan Yordania juga mengecam usulan Israel tersebut, Kairo menyebut gagasan itu sebagai “pelanggaran langsung terhadap kedaulatan Saudi.”
Kerajaan Saudi menyatakan bahwa pihaknya menghargai penolakan negara-negara sahabat terhadap pernyataan Netanyahu.
“Pola pikir ekstremis penjajah ini tidak memahami apa arti wilayah Palestina bagi rakyat Palestina yang bersaudara serta keterikatan mereka secara moral, historis, dan hukum dengan tanah tersebut,” kata pernyataan itu.
Pembahasan mengenai nasib warga Palestina di Gaza menjadi semakin rumit setelah usulan mengejutkan dari mantan Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa, yang menyatakan bahwa AS akan “mengambil alih Jalur Gaza” dari Israel dan menciptakan “Riviera Timur Tengah” setelah merelokasi warga Palestina ke tempat lain.
Negara-negara Arab secara luas mengecam pernyataan Trump, yang muncul di tengah gencatan senjata rapuh dalam perang Gaza yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas, yang menguasai wilayah tersebut.
Trump mengatakan bahwa Arab Saudi tidak menuntut pembentukan negara Palestina sebagai syarat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. Namun, Riyadh membantah pernyataan tersebut dan menegaskan bahwa mereka tidak akan menjalin hubungan dengan Israel tanpa adanya pembentukan negara Palestina.
Otoritas Gaza melaporkan bahwa perang telah menewaskan lebih dari 47.000 dari hampir 2 juta penduduk Palestina yang tinggal di sana. Israel melancarkan serangannya setelah Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang dalam serangan pada 7 Oktober 2023, menurut data Israel.

Sumber: alarabiya.net