Koalisi Arab untuk Mendukung Legitimasi di Yaman, yang dipimpin oleh Kerajaan Arab Saudi, menegaskan bahwa pengurangan kehadiran militer AS di Kerajaan tidak akan mempengaruhi kemampuan pertahanannya.
Pada hari Jumat (18/6), Washington mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi tentara dan sistem pertahanan udaranya untuk Timur Tengah di Arab Saudi, termasuk baterai rudal Patriot dan sistem anti-rudal Thaad.
Keputusan AS datang pada saat pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha untuk mengurangi ketegangan dengan Iran, setelah meningkat pada 2019 di bawah Presiden Donald Trump dengan kampanye “tekanan maksimum” terhadap Teheran.
“Masalah ini tidak akan mempengaruhi pertahanan udara Saudi,” kata juru bicara koalisi Brigadir Jenderal Turki al-Maliki kepada wartawan.
Dia menambahkan, “Ada kesepakatan yang kuat dengan sekutu kami menghadapi ancaman di kawasan. Kami memiliki kemampuan untuk mempertahankan negara kami.”
Arab Saudi telah memimpin koalisi militer sejak 2015 untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional.
Pemerintah Yaman secara resmi meminta bantuan kepada negara-negara tetangganya, terutama Arab Saudi dan negara Arab Teluk lainnya, untuk membasmi teroris syiah Houtsi yang berhasil menguasai ibu kota San’a dan beberapa daerah lain pada 2014.
Houtsi membalas dengan menyerang Arab Saudi dengan rudal balistik dan drone yang diluncurkan dari Yaman, termasuk menargetkan kota suci umat Islam, Makkah al-Mukarramah.
Didukung Iran, pemberontak Syiah Houtsi melancarkan serangan ke bandara, pemukiman sipil, juga fasilitas minyak Arab Saudi, yang berpotensi menganggu stabilitas keamanan dan perkonomian dunia.
Pada hari Sabtu (19/6) lalu, Arab Saudi berhasil mencegat total 17 drone yang diluncurkan oleh Houtsi, serangan terbesar yang diluncurkan teroris Houtsi dalam satu hari sejak awal konflik.[]