Arab Saudi pada hari Selasa (15/5) kembali menentang dengan keras atas keputusan Amerika Serikat (AS) yang merelokasi kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
“Kerajaan Arab Saudi menolak keputusan pemerintah Amerika yang memindahkan kedutaannya ke Yerusalem,” tegas Dewan Menteri dalam sebuah pernyataan yang disiarkan Kantor Berita Arab Saudi (SPA).
“Langkah ini merupakan keputusan sepihak yang signifikan melawan hak-hak rakyat Palestina yang telah dijamin oleh resolusi internasional,” katanya.
“Pemerintah Arab Saudi telah mengingatkan konsekuensi serius dari langkah yang tidak bisa dibenarkan tersebut,” tambah SPA.
Dalam pembicaraan dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, selasa (15/5) malam, Raja Salman sekaligus mengutuk agresi brutal terhadap warga sipil yang tak bersenjata. Salman turut mendoakan bagi mereka yang meninggal dan berharap segera dilakukan pemulihan bagi yang terluka.
Raja Salman juga menegaskan kembali dukungan Saudi untuk pemulihan hak-hak sah rakyat Palestina sesuai dengan resolusi legitimasi internasional dan inisiatif perdamaian Arab.
Saudi telah menyerukan pertemuan darurat para menteri luar negeri negara-negara anggota Liga Arab untuk menyatukan sikap dan mengambil langkah-langkah yang mendesak untuk melindungi rakyat Palestina.
Pertemuan para menteri yang dipimpin oleh Raja Salman di Riyadh beberapa waktu lalu, juga menegaskan kembali kecaman Riyadh terhadap serangan Israel yang menewaskan puluhan orang Palestina di sepanjang perbatasan Jalur Gaza pada hari Senin (14/5) lalu.
Kabinet Menteri juga mengutuk militer Israel yang sengaja menargetkan warga sipil Palestina di Gaza. Dalam kesempatan tersebut, dewan menteri meminta komunitas internasional untuk ikut memikul tanggung jawab guna menghentikan kekerasan dan melindungi Palestina. arbn