Arab Saudi membukukan pendapatan aktual sebesar SR 263,62 miliar dan pengeluaran sebesar SR 322,3 miliar pada kuartal pertama tahun 2025, mencatat defisit sebesar SR58,7 miliar, sebagaimana laporan Kementerian Keuangan Saudi (Senin, 5/5). Total pendapatan selama periode tiga bulan tersebut mengalami penurunan sebesar 10 persen dari tahun ke tahun.
Menurut laporan kinerja anggaran triwulanan, pendapatan dari minyak mencapai SR 149,8 miliar sementara pendapatan non-migas mencapai SR 113,81 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan terus berupaya untuk mendiversifikasi sumber pendapatannya dan meningkatkan keberlanjutan keuangan jangka panjang.
Anggaran tersebut mencerminkan peningkatan belanja publik sebagai bagian dari rencana Kerajaan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan terus melaksanakan proyek-proyek besar di bawah Visi Saudi 2030.
Laporan yang sama menunjukkan bahwa defisit anggaran pada kuartal pertama, sebesar SR 58,7 miliar, merupakan yang terbesar sejak kuartal keempat tahun 2021. Analisis surat kabar Al-Eqtisadiah menyatakan bahwa ini merupakan defisit triwulanan kesepuluh berturut-turut.
Defisit ini terjadi karena produksi minyak terus dipotong oleh aliansi OPEC+, ditambah dengan harga minyak mentah rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.
Defisit ini terjadi juga karena produksi minyak turun 1 persen menjadi 8,95 juta barel perhari, menurut OPEC. Harga minyak Brent juga turun 15 persen menjadi $ 75 perbarel dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024.
Defisit ini disebabkan oleh penurunan 10 persen dalam pendapatan negara yang mencapai SR 263,6 miliar, dibandingkan dengan peningkatan 5 persen dalam pengeluaran yang mencapai SR 322,3 miliar.
Defisit anggaran untuk kuartal pertama tahun ini 3,5 kali lebih tinggi dari defisit sebesar SR 12 miliar yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan total pendapatan bertepatan dengan penurunan 18 persen dalam pendapatan minyak menjadi SR150 miliar, sementara pendapatan non-migas naik dua persen mencapai SR114 miliar, menurut analisis tersebut.
Meskipun terjadi penurunan, belanja pemerintah tetap pada tingkat tinggi karena proyek pembangunan besar-besaran dan strategi regional dan sektoral yang mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Ini merupakan tambahan dari sistem dukungan sosial untuk melindungi warga negara dari dampak dampak lokal dan global, dukungan untuk barang dan jasa penting yang diimpor, dukungan keuangan tambahan yang berkelanjutan dalam program Hisab al-Mawatin dan peningkatan minimum dasar untuk menghitung pensiun bagi penerima jaminan sosial, selain dari peningkatan tingkat layanan publik yang diberikan kepada warga negara dan ekspatriat.
Melalui kebijakan fiskalnya, Arab Saudi berupaya mencapai keseimbangan antara belanja pembangunan dan pengelolaan defisit, sambil terus mendukung sektor non-migas dan merangsang investasi, di tengah lingkungan ekonomi global yang bergejolak dan menantang.
Pajak atas pendapatan, keuntungan, dan keuntungan modal berjumlah SR 6,7 miliar, pajak atas barang dan jasa berjumlah SR 71,6 miliar, pajak atas perdagangan dan transaksi internasional berjumlah SR 4,5 miliar, selain pajak lainnya berjumlah SR 25,4 miliar.
Kabinet Saudi menyetujui anggaran 2025, memperkirakan pengeluaran sebesar SR 1,29 triliun dan pendapatan sebesar SR 1,18 triliun, dengan defisit sebesar SR 101 miliar, yang mewakili 2,3 persen dari PDB negara tersebut. Anggaran Saudi mencatat defisit sebesar SR 115,6 miliar pada tahun 2024, dengan pendapatan mencapai SR 1,26 triliun dan pengeluaran sebesar SR 1,37 triliun.[]
Sumber: SG