Kota Madinah menjadi tuan rumah gelaran “Dzatu Nakhl”. Pertemuan akbar pencinta kurma premium ini berlangsung dari 9 hingga 15 September. Selain itu, panitia menggelar dua semiloka ilmiah yang membahas pusaka sejarah dan religius Kota Nabi. Lebih dari itu, semiloka tersebut menelaah peran strategis pohon kurma dalam ekonomi, budaya serta aspek spiritual.
Dr. Abdullah Al Qadhi, CEO Law Dr. Qadi, mengisi semiloka pertama. Dalam pemaparannya bertajuk “Durūb An Nakhl… min Hajr ila Thaybah” (Persimpangan Pohon Kurma… Dari Hajr Hingga Taibah), ia menyingkap jejak sejarah antara Hajr dan Taibah.
Secara historis, Hajr dan Taibah merupakan nama lama bagi Madinah. Selain itu, dia menyoroti bahwa kurma bukan hanya simbol identitas tetapi juga penopang perdagangan, ekonomi, dan kultur. Lebih dari itu, beliau menekankan pentingnya menghidupkan kembali jalur‑jalur tersebut dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
Kemudian, Dr. ‘Isham Al Hijari, sejarawan sekaligus dosen di Universitas Taibah, memandu semiloka kedua berjudul “Al Khair wal Barakah fit Thaybatil Thaybah” (Kebaikan dan Berkah di Kota Terindah). Dalam paparan, ia menelaah kedudukan Madinah dalam Al‑Qur’an dan hadis serta kecintaan Nabi Muhammad ﷺ terhadap kota ini.
Selain itu, ia mengulas situs‑situs penuh berkah dan kebaikan di sekitarnya. Beliau juga menyoroti ikhtiar para ulama dan peneliti dalam mendokumentasikan histori kota suci ini dan mengungkap manfaatnya lintas zaman.
Penyelenggaraan dua semiloka tersebut bertujuan memperkuat citra Madinah sebagai destinasi wisata spiritual sekaligus pusat ekonomi. Selain itu, upaya ini menegaskan akar nilai ruhaniah yang diakui oleh khalayak domestik maupun internasional. [Muhammad Wildan Zidan]
Sumber: SPA