Sektor pertanian Arab Saudi kembali mencetak prestasi di musim panas ini. Kementerian Lingkungan, Air, dan Pertanian (MEWA) mencatat hasil panen semangka mencapai lebih dari 610.000 ton hingga Juli 2025. Pencapaian ini tak hanya menyegarkan pasar domestik, tapi juga mengukuhkan semangka sebagai ikon hasil bumi lokal yang strategis.

Di tengah suhu tinggi Jazirah Arab, buah berair ini jadi primadona warga penduduk. Tak hanya untuk konsumsi segar, semangka juga diolah menjadi jus, es krim, hingga permen. Varietas unggulan seperti Charleston Gray, Klondike R7, Royal Sweet, hingga Crimson Round menjadi favorit pasar lokal karena kualitas dan rasa yang juara.

Lebih dari sekadar buah musiman, semangka kini jadi bagian dari misi besar ketahanan pangan nasional—sejalan dengan Saudi Vision 2030. Pemerintah tak tinggal diam; MEWA terus memberikan bimbingan teknis, bantuan keuangan, hingga teknologi pertanian modern kepada para petani.

Promo

Bahkan, distribusi dan pemasaran pun diperkuat lewat event musiman, pameran lokal, dan dukungan logistik rantai pasok. Hal ini memastikan buah-buahan lokal bisa bersaing, memperkuat ekonomi pedesaan, dan membentuk pola konsumsi nasional yang sehat dan berdaulat.

Dalam konteks ini, ulama seperti Syekh Dr. Sa’ad bin Naser asy-Syatsri menekankan pentingnya syukur dan menjaga sumber daya lokal sebagai bentuk ibadah sosial. Konsumsi produk lokal—termasuk semangka—menjadi bagian dari kontribusi nyata umat terhadap keberlanjutan.

“Ketahanan pangan adalah bagian dari penjagaan jiwa (hifzh an-nafs), salah satu maqashid syariah. Dan mendukung produk lokal adalah bagian dari ijtihad kolektif umat dalam menjaga negeri,” ujar Syaikh Abdulaziz Al-Fauzan dalam salah satu majelisnya.

Sumber: SG