Arab Saudi, sebagai jantung dunia Islam, bukan hanya tanah suci bagi umat Muslim, tapi juga negeri dengan tatanan sosial dan budaya yang kental dengan nilai-nilai syariat Islam. Bagi para pendatang baik pekerja, pelajar, ekspatriat, maupun jamaah umrah dan haji memahami adat dan aturan sosial di Saudi adalah langkah bijak untuk menghindari kesalahpahaman dan mempermudah proses asimilasi.
Serba-Serbi Kehidupan Sosial di Saudi: Yang Boleh dan Tidak
1. Pakaian: Sopan adalah Kunci
Di Saudi, berpakaian sopan adalah kewajiban sosial. Laki-laki lokal memakai thobe dan perempuan memakai abaya. Pendatang non-Muslim tidak wajib mengikuti, tapi tetap diharapkan berpakaian longgar dan tidak terbuka. Pakaian yang mencolok atau terlalu ketat bisa memicu teguran dari masyarakat atau otoritas.
2. Waktu Shalat: Segalanya Berhenti
Saat adzan berkumandang, toko-toko tutup sementara dan aktivitas melambat. Pendatang sebaiknya menghormati waktu ini, dan jika Muslim, turut serta shalat berjamaah akan sangat dihargai. Hadis Nabi: ‘Antara orang munafik dan bukan adalah shalat Isya dan Subuh berjamaah.’ (HR. Muslim)
3. Interaksi Lintas Gender: Ada Batasan Tegas
Interaksi bebas antara laki-laki dan perempuan non-mahram dibatasi. Percakapan, berjabat tangan, atau sekadar menatap langsung bisa dianggap tidak sopan, kecuali dalam urusan profesional yang jelas. Etika ini berakar dari Al-Qur’an (QS. An-Nur: 30-31).
4. Privasi Keluarga dan Rumah Tangga
Jangan memotret orang tanpa izin, apalagi perempuan. Menyapa tetangga diperbolehkan, tapi jangan bertamu mendadak. QS. An-Nur:27 menjelaskan pentingnya izin sebelum masuk rumah orang lain.
5. Bahasa Tubuh dan Ekspresi
Mengangkat suara, menunjukkan emosi berlebihan, atau terlalu ekspresif bisa dianggap tidak sopan. Masyarakat Saudi menghargai ketenangan, terutama di tempat umum seperti masjid, kantor pemerintah, atau restoran keluarga.
6. Etika Makan: Jangan Langgar Sunnah
Makan dengan tangan kanan, mulai dengan Bismillah, dan berhenti sebelum kenyang adalah nilai umum di Saudi. Mengajak makan adalah bentuk keramahan, tapi menolak harus dengan sopan. Jangan mengomentari makanan secara negatif.
7. Musik dan Hiburan: Konteks Sangat Sensitif dan Dilarang, Tapi Kini Ada Pelonggaran Terbatas
Dalam pandangan resmi dan dominan ulama Arab Saudi, musik dianggap haram secara tegas. Hal ini ditegaskan oleh para ulama besar seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, yang menyatakan bahwa musik termasuk perkara yang melalaikan, merusakhati, dan membuka pintu kemaksiatan. Mereka merujuk pada dalil seperti Qs. Luqman:6 dan berbagai hadis sahih yang menyebut alat musik sebagai bagian dari fitnah akhir zaman.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah membuka ruang hiburan secara terbatas melalui General Entertainment Authority, terutama untuk menarik wisata dan ekspatriat. Meski begitu, acara musik dan konser hanya diadakan di zona-zona tertentu, bukan diruang publik keagamaan atau komunitas konservatif, dan tetap berada dibawah pengawasan ketat otoritas syar’i.
Bagi pendatang, sangat penting untuk menghindari memutar musik di tempat umum, terlebih di area konservatif, seperti masjid, pemukiman lokal, atau ruang keluarga. Menggunakan headset pribadi adalah bentuk adab dan kehati-hatian. Ingatlah, meski ada sedikit pelonggaran, nilai dasar Saudi sebagai penjaga dua tanah suci tetap memandang musik sebagai sesuatu yang terlarang dan tercela.
8. Politik dan Agama: Jangan Asal Bicara
Mengkritik raja, keluarga kerajaan, atau ulama secara terbuka bisa berujung masalah hukum. Sama halnya dengan menyebar tafsir agama tanpa dasar yang jelas. Prinsip ini menjaga stabilitas dan kesatuan negara.
9. Ramah Tapi Berjarak
Masyarakat Saudi sangat ramah, tapi juga menjaga batas. Mereka suka membantu, namun butuh waktu untuk akrab. Hindari terlalu cepat menganggap orang Saudi seperti teman lama, apalagi beda gender.
10. Ikuti Sistem dan Hormati Hukum
Hormati aturan seperti batas kecepatan, larangan rokok di tempat umum, atau sistem antrian. Saudi sangat disiplin dalam hal ini. Seorang ekspatriat mengatakan: ‘Kalau kita ikuti aturan, hidup di Saudi justru sangat nyaman dan tenang.’
Memahami dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai kehidupan di Arab Saudi bukanlah bentuk kehilangan jati diri, tapi justru bagian dari adab seorang tamu yang baik. Islam mengajarkan, ‘Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.’ (HR. Bukhari dan Muslim). Dengan memahami rambu-rambu ini, pendatang bisa lebih mudah beradaptasi, dihargai, dan bahkan dicintai oleh masyarakat lokal. [Zein R.]