Kuliner Arab Saudi menyimpan khazanah rasa yang tak hanya menggugah selera, namun juga mengandung kearifan lokal dan nilai-nilai Islam.
Salah satu bintang dari jajaran menu tradisional adalah Ma’soub, makanan berbahan dasar pisang dan roti gandum yang diolah dengan aneka topping seperti madu, keju, kurma, hingga samin (mentega Arab). Makanan ini bukan sekadar cemilan, tetapi juga simbol kesederhanaan dan keberkahan dalam setiap suapannya.
Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barang siapa di pagi hari merasa aman di tempat tinggalnya, sehat badannya, dan memiliki makanan pokoknya untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah dikumpulkan untuknya.’ (HR. Tirmidzi). Hidangan-hidangan ini menjadi bentuk rasa syukur atas nikmat sederhana yang sering kita lupakan.
Ma’soub: Sajian Lembut dari Selatan
Ma’soub berasal dari wilayah Yaman dan selatan Arab Saudi. Teksturnya lembut, disajikan hangat, dan penuh gizi. Variasinya kini sangat beragam: dari yang polos, hingga versi ‘maliky‘ (raja) dengan campuran keju, krim, madu, dan kacang-kacangan.
Menu seperti Ma’soub bil Qishthah wal Asal wal Jibnah (dengan krim, madu, dan keju) cocok sebagai sarapan atau hidangan penutup.
Menurut pakar gizi lokal, Dr. Abdullah Asiri, ‘Ma’soub adalah contoh ideal dari makanan tradisional yang mampu memenuhi kebutuhan energi dengan bahan sederhana namun penuh nilai gizi.’
Fattah dan ‘Areekah: Lembut di Mulut, Hangat di Hati
Fattah dan ‘Areekah adalah sajian klasik dari wilayah Najd dan Asir. Terbuat dari roti gandum, kurma, krim, dan madu. Disajikan hangat dalam porsi besar, menjadikannya sebagai simbol kebersamaan dan tradisi saling berbagi makanan dalam Islam.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah [2]:172, “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu…” Hidangan ini sering kali hadir dalam momen-momen kebersamaan keluarga dan hari besar Islam.
Mutabbaq: Street Food yang Mendunia
Mutabbaq (مطبق) adalah sajian goreng berisi daging, sayuran, telur, atau keju. Tersedia juga dalam versi manis dengan pisang, krim, dan madu. Kini, mutabbaq hadir dalam versi ‘fusion’ seperti mutabbaq keju-kornfleks, nutella, atau pistachio. Meski modern, rasanya tetap tak meninggalkan akar tradisionalnya.
Ustadz Salih Al-Munajjid dalam kajiannya menyebutkan bahwa menjaga tradisi kuliner selama tidak melanggar syariat merupakan bagian dari melestarikan identitas umat.
Cita Rasa yang Mendekatkan Hati
Bukan hanya soal rasa, kuliner Saudi seperti Ma’soub, Fattah, dan Mutabbaq adalah jembatan budaya antar generasi. Dari meja makan keluarga di Riyadh hingga gerobak kaki lima di Jeddah, makanan ini membangun cerita, kenangan, dan silaturahmi. Rasanya sederhana, namun penuh kehangatan dan keberkahan. [Zein R.]