Umrah Ramadan oleh: Tour Saudi Bilboard Dekstop
promo: Tour Saudi Bilboard Dekstop

Syarat Saudi Damai Dengan Israel dan “Trio Penghancur” Palestina

Syarat Saudi Damai Dengan Israel dan “Trio Penghancur” Palestina

Uni Emirate Arab (UEA) mengejutkan kami atas kesepakatan dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel, untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel.

Kontroversi yang biasa muncul, tentang langkah mana yang harus diambil terkait masalah Palestina.

Menurut pernyataan UEA, keputusannya didasari prinsip kedaulatan negara dalam mengambil keputusan, yang dipandang memiliki kepentingan bagi rakyatnya, tentunya ini adalah haknya.

UEA menambahkan, bahwa normalisasi mensyaratkan AS dan Israel untuk menghentikan aneksasi terhadap tanah Palestina yang direncanakan akan dilakukan.

Wilayah yang dimaksud adalah sepertiga dari apa yang tersisa di Tepi Barat, selain apa yang sebelumnya dianeksasi oleh Israel.

Tentunya ini menimbulkan kontroversi, apa yang bisa diraih UEA dan apa yang bisa didapatkan untuk Palestina?

Ada yang mengatakan, bahwa aneksasi bersifat sementara, berdasarkan kata yang terdapat dalam teks perjanjian dalam bahasa Inggris (suspend).

Ada juga yang berpendapat bahwa larangan aneksasi akan membuka jalan untuk kembali ke perundingan dan memperkuat dasar solusi kedua negara.

Di sisi lain, “trio penghancur;” Qatar, Turki dan Iran, bergegas menuduh UEA melakukan pengkhianatan dan menikam dari belakang.

Dan ini semua biasa kami dengar dari mereka.

Yang disayangkan, pemerintah Palestina yang menempatkan dirinya di belakang “trio” tersebut, sejak dulu tidak mendapatkan apapun, maupun yang akan datang, kecuali slogan-slogan kosong.

Turki mengerutkan kening dan mengancam atas normalisasi UEA dan Israel.

Promo

Padahal Turki adalah negara pelopor, sejak pengakuan berdirinya Israel, sampai perjanjian yang disepakati oleh perdana menterinya dengan Israel, di mana Turki mengakui Al-Quds sebagai ibu kota Israel.

Tapi inilah yang dikatakan oleh Presiden Turki, bahwa dia akan menarik duta besarnya dari UEA!

Sementara duta besarnya bersantai dan bersenang-senang di negara Zion, ratusan ribu turis Israel bersenang-senang di tempat hiburan Turki, belum lagi kerja sama militer dan intelijen antara kedua negara tersebut.

Adapun Khameni, penerus orang yang menyulut perselisihan di antara umat Islam, baik Syiah maupun Sunni.

Apakah kita sudah melupakan kerja sama pendahulunya, serta aksesnya ke senjata Israel selama perang Iran-Irak?

Apakah kita lupa bahwa dia mengarahkan milisi dan misilnya untuk membunuh Muslim di Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, Bahrain, dan Arab Saudi, bukan ke Israel?

Dia sekarang mengancam akan menyerang Uni Emirat Arab!

Dan pengikut mereka, Qatar, hanya berhasil menghina dan mengutuk, di waktu yang sama mendanai teroris, baik Syiah maupun Sunni.

Qatar sebenarnya ada di genggaman Israel, sejak putra mahkota berhasil mengkudeta ayahnya.

Dan terakhir, wahai para pemimpin Palestina!

Simak apa yang dikatakan pimpinan gerakan Reformasi Demokrasi Fatah, Samir Al-Mashharawi; “Kekanglah orang-orang yang hanya mencaci maki dan tidak tahu malu dari wargamu!”

Dan jangan lupa bahwa kepentingan rakyat Palestina ada pada UEA, negara yang menampung lebih dari tiga ratus ribu rakyat Palestina untuk mengais rezeki.

UEA dengan senang hati merawat mereka.

Maka jangan lupa bahwa Anda telah mengakui Israel lebih dari seperempat abad yang lalu, sebagaimana Otoritas Palestina yang mengakui Israel dan mengakhiri perang dengannya.

Kemudian perbaiki urusan rumah tangga negara Anda, akhiri perpecahan, yang kita lihat satu kelompok merayu dan tunduk kepada Khameni, sementara juga menerima uang dari Israel.

Adapun Presiden AS, mengambil keuntungan dibalik ini.

UEA dimanfaatkan oleh pemimpin negara terbesar di dunia untuk mencari suara di Pemilu yang akan berlangsung.

Meskipun dengan syarat menghentikan keputusan aneksasi Israel, yang merupakan bagian dari “Kesepakatan Abad Ini.”

Jika ada negara Arab yang bergabung dengan Uni Emirat Arab, maka harus dengan kompensasi!

Dan itu harus dengan harga yang sangat mahal.

Adapun Arab Saudi, telah menetapkan harga untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Arab.

Yaitu berdaulatnya negara Palestina dengan Al-Quds sebagai ibukotanya, berdasarkan inisiatif Raja Abdullah bin Abdul Aziz rahimahullah.

Barangkali esok, akan segera terwujud.[]

*) Dari tulisan خواطر كورونية oleh Turki Al-Faisal, Mantan Kepala Intelijen Arab Saudi, diterbitkan di koran Al-Syarq al-Awsath, 2 Muharram 1442.